Rabu, 11 November 2009

Pendidikan Kristiani Menurut Luther

Pendidikan Kristiani Menurut Luther
I. Pendahuluan
Luther adalah seorang anak dari Margaretha dan Hans Luther. Awalnya ayah Luther hanyalah pekerja di tambang tembaga di Jerman, namun akhirnya tambang tersebut menjadi milik pribadinya. Ia lahir pada 10 November 1483, dan ia memiliki nama baptis yaitu Martinus. Dengan keuntungan yang diperoleh dari tambang tersebut Luther dapat bersekolah di kota Mansfield. Luther menyadari bahwa pengajaran guru pada saat itu sangat kasar dan keahlian guru-guru tersebut pun kurang memadai. Luther mulai belajar tentang membaca, menulis dan menghafal Doa Bapa kami. Pendidikan Luther berlanjut hingga tahun 1505 saat ia mendapat gelar Magister Artes dari Universitas Erfurt.
Ia semakin menemukan apa yang ia cari selama ini tentang Allah. Ia berkhotbah tidak hanya pada hari minggu tetapi juga pada hari-hari lainnya. Ia juga mulai semakin kritis akan ajaran yang terjadi pada zaman tersebut dalam gereja. Ia mengeluarkan 95 dalil dan dalil-dalil itu ia sampaikan kepada Paus. Ia membuat tiga pokok keputusan yang sangat penting baginya pada tahun 1525, yaitu ia memihak golongan atas melawan kepada kaum tani, ia menyatakan bahwa diperbolehkannya seorang pelayan firman menikah dan ia juga menyusun liturgi baru.
II. Tujuan
Dalam pendidikan Kristiani, Luther mempunyai tujuan yaitu mencapai keberhasilan bagi para naradidik. Maksud dari keberhasilan tersebut ialah agar naradidik atau murid menyadari dan menemukan hasil melalui diri mereka dengan pendidikan Kristiani. Dalam tujuan pendidikan Kristiani tersebut Luther juga menginginkan adanya kesadaran naradidik dan orang dewasa untuk keberadaan mereka. Keberadaan ini bukan keberadaan yang ada didepan mata kita tetapi keberadaan yang menyadarkan bahwa mereka adalah mahluk yang berdosa.
Dalam mencapai tujuan tersebut ia harus mempunyai pedoman yakni, dasa titah dan ketekhismus. Tujuan ini mungkin akan tercapai dengan baik jika usaha dari pendidikan Kristiani haruslah mengetahui atas pengertian firman Allah yang berkonteks dari agama.
III. Isi dan Kurikulum
Kurikulum yang Luther buat seperti pada pokok-pokok lain yang terjadi tidak seragam. Ada empat pemahaman Luther dalam membuat kurikulum. Dalam pemahaman yang pertama, gagasan yang sudah diutarakan dan dibahas kembali namun dengan masalah lain.
Kurikulum yang Luther buat dan teratur ialah katekhismus dan katekhismus tersebut menjadi hal yang utama baginya. Dalam katekhismus tersebut terdapat ajaran Doa Bapa kami, pengakuan iman orang percaya beserta artinya dan kesepuluh hukum Taurat. Pandangan Luther yang ketiga, dalam ruang lingkupnya ada sepintas tentang karyanya. Musik, luther menegaskan bahwa musik sangat penting dalam kurikulum pendidikan Kristiani. Selain itu, sejarah yang juga tak kalah penting menurut Luther. Dalam sejarah dalam kita lihat kesaksian akan pemeliharaan Allah sepanjang abad kepada manusia. Dengan mengenal akan sejarah kita dapat paham dan melakukan tindakan ketika kita diperhadapkan dengan pengambilan keputusan. Ilmu hitung dan olahraga juga diikut sertakan dalam kurikulum pendidikan menurut Luther.
IV. Naradidik
Walaupun orang tua dan guru berperan sebagai pengajar, namun tidak dapat disangkal bahwa orang tua dan guru juga memerlukan pengetahuan. Pengetahuan bagi mereka tidak sesaat tetapi seumur hidup. Karena sebagai seorang pengajar guru dan orang tua harus tahu banyak hal agar naradidik dapat memahami setiap pengajaran yang disampaikan. Luther tidak membedakan kaum pria dan wanita dalam pendidikan Kristiani, hanya waktu saja yang sedikit ia bedakan.
Ia sangat mengharapkan pendidikan terjadi bukan hanya pada orang tua, pengajar, kaum muda dan warga dewasa saja, yaitu para imam, biarawan dan awan yang sedang belajar berkotbah.
V. Pengajar
Luther yakin dan percaya bahwa pengajar utama atau yang terpokok adalah Allah. Allah mengajarnya, Allah mengajar melalui manusia. Karena menurutnya, Allah telah mendidiknya sebagaimana seorang ayah kepada anaknya. Pengajar yang kedua menurutnya yakni orang tua. Karena sesuai dengan firman yang Tuhan katakan dalam suratnya di Efesus 6:4b “Didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan”. Tuhan meminta agar orang tua berperan dalam pendidikan anak terutama dalam iman Kristen.
Tidak dapat dipungkiri orang tua tidaklah dapat sepenuhnya memenuhi tanggungjawab akan pendidikan anak. Mereka mempunyai keterbatasan dalam pengetahuannya, maka Luther meyakinkan adanya seorang guru dalam pendididikan agama Kristen pada anak.
VI. Lingkungan Pembelajaran
Lingkungan pembelajaran dalam kurikulum Luther menurut penulis adalah dalam ruangan kelas. Karena Luther mengajukan dan menciptakan adanya ruang kelas bagi proses belajar mengajar. Dan selain dari itu yang penulis dapat pahami adalah dengan adanya perpustakaan.
VII. Evaluasi
Pengajaran yang Luther berikan lebih sempurna ketimbang dengan pengajaran-pengajaran yang sezaman dengannya. Luther sangat mengutamakan musik dalam pencapai pengajarannya bagi naradidik.
VIII. Penutup
Kesimpulan dan Refleksi Teologis
Luther sangat ingin meyakinkan bahwa pendidikan Kristiani sangat penting bagi semua orang. Bukan pada kaum muda, kaum elite, orang tua tetapi juga kepada mereka yang belajar khotbah, biara dan imam. Pengajar utama bagi Luther adalah Allah dan kita juga yakin bahwa Allah adalah dasar dan awal dari segalanya dalam pendidikan Kristiani.

Daftar Pustaka

Boehlke, R, Robert. Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1991.

End Den Van. Harta dalam Bejana Sejarah Gereja Ringkas. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1990.

Berkhof , H, dan Enklaar, I, H. Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2002



Tidak ada komentar:

Posting Komentar