Rabu, 30 Juni 2010

Khotbah 13 Juni 2010 HKBP Ambarawa


Khotbah 13 Juni 2010 HKBP AmbarawaBagikan
Hari ini jam 22:51 | Sunting Catatan | Hapus
Khotbah 13 Juni 2010 HKBP Ambarawa
Yoel 1:8-20
Untuk kita dapat memahami kisah ini kita perlu terlebih dahulu latar belakang dari kitab ini. Yoel ini merupakan nabi ibadat yang terkait dengan kelompok bait kudus di Yerusalem, tapi yang uniknya dia tidak pernah menamai dirinya dengan iman. Latar belakang dari tulisan kitab Yoel ini adalah ketika masa pembuangan. Dan kalau kita liat dari ayat 1 kitab Yoel ini dimulai dengan keadaan kacau yaitu tulah belalang dan bisa kita pastikan kembali bahwa hal tersebut terjadi lagi-lagi karena bangsa Israel berpaling dari Allah yang mereka sebut dengan Yahwe.
Yoel, yang berarti ”YAHWEH adalah Allah.” Nama ini sesuai dalam pandangan pesan atas Yoel, yang menyerahkan tekanan kepada Allah sebagai Satu-satunya yang berkuasa yang memiliki semua ciptaan dan bangsa-bangsa dibawah kekuasanNya dan yang mengatur sebagai sang Allah atas Sejarah
Yoel menggunakan masa kekeringan yang sedang terjadi dan wabah belalang yang menyerang Yehuda tanpa peringatan sebagai suatu sasaran pelajaran untuk memperingatkan akan suatu invasi di masa datang atas Israel saat Hari YAHWEH. Dalam waktu yang sangat singkat, dalam hitungan jam, tiap bagian sayuran dikupas sampai habis. Jika bangsa itu akan bertobat dan kembali kepada Tuhan, Allah akan mengembalikan hubunganNya dengan mereka dan memberkati mereka. Ini adalah benar dalam situasi sejarah dimana Yoel sedang menulis dan akan menjadi benar kapan saja di kemudian hari.
Untuk berkat yang besar dan pemulihan yang dijanjikan oleh Yoel agar terjadi, bangsa Yahudi akan harus mengalami penghakiman akan masa kesengsaraan dan pencurahan akan Roh Allah. Gabungan inilah yang akan menyebabkan mereka kembali kepada Tuhan.
Akibat dari tulah belalang tersebut mendorong agar adanya ibadat khusus untuk menanggapi kekacauan tersebut. Dan ayat kita hari ini mengisahkan ajakn untuk meratap. Kalau kita baca lagi ayat 5-14 ditunjukkan kepada anggota jemaat yang merasakan kengerian akibat tulah dan ada 4 kelompok jemaat yang diajak untuk meratapi dengan mengadakan ibadah khusus yaitu
1. Peminum anggur (ayat 5-7), disuruh menangis dan meratap
2. Kelompok yg k2 tidak disebutkan secara khusus, tapi mungkin dapat di tujukkan kepada seluruh jemaat untuk meratap.
3. Pekerja ladang dan pemeras anggur, di suruh malu dan meratap karena kerja mereka sia-sia, panen gagal, pohon anggur kering dan merana, karena tanah kerap kali dikaitkan dengan tanda berkat Tuhan, dan kegembiraan telah lenyap diantara jemaat
4. Para imam, didorong untuk melilitkan kain kabung, menangis meratap, dan di ayat 14 di sebutkan liturgy resmi ratapan dilaksanakan dalam rumah Tuhan, Allahmu
Saudara-saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus kalau kita mengikuti peristiwa-peristiwa akhir-akhir ini, peristiwa demi peristiwa, sepertinya kesulitan demi kesulitan tidak pernah berhenti menerpa kehidupan kita, bahkan intensitasnya semakin tinggi dan beragam. Berbagai kasus belum terselesaikan – kasus lain sudah muncul, akibatnya kehidupan ditindih dan dililit kasus, dan apa yang digambarkan dalam kitab Yoel hampir sama apa yang sedang kta alami saat ini, memang yang saat ini kita hadapi bukan lagi tulang belalang tapi seperti yang saya paparkan di atas beragam peristiwa yang menyedihkan yang terus menghampiri kita, cita-cita untuk hidup sejahtera dan makmur – kekuatannya semakin lemah, bahkan menjadi pengharapan yang mengecewakan. Disamping itu fenomena alam terakhir-terakhir ini sepertinya kurang bersahat dengan kehidupan bumi ini: cuaca ekstrim sering terjadi, dan berbagai fenomena alam lainnya menambah sulitnya kehidupan. Para petani mengeluh dan mengerang karena gagal panen akibat banjir menghanyutkan tanaman; tanaman produktif tidak bertunas karena hilangnya mata air dan kekeringan; bangunan infra-struktur rusak akibat gempa datang secara tiba-tiba. Disamping itu pertikaian horizontal, tindak kekerasan, dan anarkis sepertinya “terpelihara”. Semua keadaan atau peristiwa ini membuat kita resah dan gelisah, kehilangan rasa tenteram dan damai, susah dan menderita.
Saudaraku! Apa yang harus kita lakukan? Adalah arif dan bijaksana bila kita berdiri kini dan di sini bukan mengeluhkan keadaan, terlebih mempersalahkan orang lain, namun merubah paradigma berpikir dan bersikap dari “problem maker” menjadi “solution maker”, dari ideologi destruktif menjadi konstruktif. Kehadiran kita masuk dalam peristiwa bukan untuk mengeluhkan baik dan buruknya peristiwa, namun bagaimana kita meresponse atau memaknai setiap baik dan buruknya peristiwa. Itulah makna kehadiran kita di bumi ini. Dalam konteks spritualitas insaf diri adalah nilai absolute yang harus dimenangkan. Adanya pengenalan akan diri bukan sebagai pemilik kehidupan, namun sebagai insan titipan pemelihara akan hidup. Pemilik satu-satunya kehidupan adalah Tuhan yang kepada-Nya semua insan titipan bersembah sujud untuk memelihara gerak hidup. Keberdosaan kita yang paling besar adalah sering kali menganggap dan menjadikan diri sebagai pemilik kehidupan, serta memposisikan diri sebagai Tuhan dan menjadikan Tuhan sebagai pemberi pertanggungjawaban akan gerak hidup. Celakanya kita di sana…!
Oleh sebab itu insaf dirilah… bangunlah tobat diri, dan merespon panggilan Allah karena hanya dengan cara itu hidupmu akan dipulihkan Tuhan.
Saudara-saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus dalam Almanak HKBP kita, minggu saat ini berjudul Jou-jou tu Jahowa, jika kita kaitakan tema minggu kita saat ini dengan nats kita, yang ingin disampaikan adalah walaupun kita selalu dihadang masalah tetap kita harus mencari Allah, tetap memanggil dan mencari Allah dan yakinlah Allah sumber dari hidup kita seperti ada lagu yang syairnya seperti ini, “Cari dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya akan di tambahkan kepadamu” dan untuk menutup khotabah di minggu ini saya akan memberika ulistrasi singkat mengenai bagaimana kita mencari Allah
Para turis jarang mendapatkan foto yang bagus. Mereka jarang berusaha untuk pergi ke tempat yang tepat di waktu yang tepat untuk mendapatkan sudut pandang cahaya yang tepat, dalam kondisi cuaca yang tepat. Untuk mendapatkan gambar pemandangan yang bagus, seorang fotografer profesional dengan saksama mengamati pemandangan dari berbagai sudut yang berbeda, selama musim-musim yang berlainan, dan pada jam-jam yang berbeda pula.
Ini membuat saya bertanya-tanya, jangan-jangan alasan mengapa sebagian orang tidak memiliki gambaran yang jelas mengenai keindahan dan kemuliaan Allah adalah karena mereka terlalu cepat menilai. Mereka sampai kepada kesimpulan yang salah mengenai Allah
Pencarian akan Allah tidak bisa dilakukan secara sambil lalu. Raja Daud memberi tahu Salomo anaknya, “Jika engkau mencari Dia, maka Ia akan berkenan ditemui olehmu” (1 Tawarikh 28:9). Pemazmur berkata, “Berbahagialah orang-orang yang ... mencari Dia dengan segenap hati!” (Mazmur 119:2). Dan penulis kitab Ibrani menulis bahwa Allah memberi upah kepada “orang yang sungguh-sungguh mencari Dia”
Untuk melihat dan mengenal Allah dalam kepenuhan dan kemuliaan-Nya, kita tidak bisa melakukan pendekatan seperti turis. Kita harus terus mencari-Nya dengan segenap hati, dan Untuk mencari Allah kita harus mencarinya dan memanggil Nya
Amin.

Minggu, 28 Februari 2010

Khotabah 31 Januari 2010

Mazmur 128:1-6
Hidup yang Takut akan Tuhan
Sesuai dengan tema minggu kita pada hari ini, maka saya pun mengangkat tema/judul hidup yang akan takut akan Tuhan.
Pembacaan kita pada minggu ini dari Mazmur 128:1-6, sebelum kita membahas lebih dalam, saya terlebih dahulu memperkenalkan kitab Mazmur kepada kita semua. Kita barang kali sudah sering kali dan berulang kali mendengarkan kitab Mazmur. Tapi apakah mazmur itu? Dalam PL terdapat tiga bagian yaitu Thora yang artinya Taurat, Neviim yang artinya Nabi, dan yang terakhir Ketuvim yang artinya tulisan-tulisan dan Mazmur masuk dalam bagian Ketuvim atau yang disebut dengan kitab-kitab atau tulisan-tulisan. Mazmur sendiri merupakan kitab yang bersifat puitis dan historis. Bagi orang Israel kitab Mazmur sendiri digunakan sebagai nyanyian-nyanyian di bait Allah dan sering kali disebutkan bahwa Daud merupakan pengarang dari kitab Mazmur, dan seperti saya jelaskan di atas bahwa Mazmur adalah mazmur yang berisi nyanyian-nyanyian dan pujian maka Mazmur di bagi menjadi 10 jenis yaitu Mazmur pujian, Mazmur ucapan syukur, Mazmur yang memuji Yahwe sebagai Raja, Mazmur Raja Israel, Mazmur Ratapan, Mamur Ziarah, Mazmur Sejarah Israel, Mazmur Taurat, Mazmur Kemenangan, dan Mazmur Berkat dan Kutuk. Itulah sedikit penjelasan mengenai Mazmur.
Dan Mazmur 128 ini merupakan sebuah pernyataan iman bahwa Allah yang selalu dapat dipercaya dan benar akan selalu memberkati mereka yang menunjukkan hormat. Takut akan Tuhan tidak hanya berarti rasa takut akan ketaatan terhadap sejumlah perintah, melainkan cara hidup seperti yang di tulis di ayat 1b, melainkan yang menempat Allah di atas segala-galanya. Seperti yang ditunjukkan di ayat 1 Alkitab kadang-kadang mendramatisasi hidup manusia sebagai dua jalan yaitu jalan orang benar dan jalan orang sesat/ fasik dan masing-masing orang harus memilih dari dua jalan tersebut mana yang yang harus di pilih. Seperti teks lagu ketika kita masih sekolah minggu, teks itu menuliskan:
“ di dalam dunia ada dua jalan, lebar dan sempit mana kau pilih, yang lebar api, jiwa mu mati, tapi yang sempit hidupmu senang”
Dan di ayat 2-4 menggambarkan konsekuensi-konsekuensi dari dua jalan Tuhan; mempertinggi mutu hidup dalam hidup keluarga. Yang dimaksud adalah pria dewasa, yang biasanya mengepalai rumah tangga dalam dunia alkitabiah dan orang Israel tersebut seperti orang Batak, bahwa garis keturunan nya bersifat patrilineal. Dalam ayat 5-6, pembicara, barangkali seorang imam dari petugas kenisah, memperluas berkat dari rumah tangga kepada seluruh umat Israel, termasuk generasi yang akan datang atau generasi sekarang.
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan Takut akan Tuhan? Dalam kamus Alkitab, kata takut dalam arti “perasaan takut” dan saya mendefinisikan takut adalah tunduk, tulus hati melayani yang dapat kita artikan bekerja untuk Tuhan. Berangkat dari takut tersebut maka Takut akan Tuhan dapat kita definisikan sebagai hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya.
TAKUT AKAN TUHAN Arti pertama dari takut ini adalah sikap hormat, takjub, mengagumi akan Tuhan dan segala karyaNya baik itu berupa keselamatan maupun akan dunia ciptaanNya.Dari sana berangkat pujian, penyembahan dan ibadah.
Arti kedua dari takut yang dimaksud adalah perasaan gentar berhadapan dengan Allah yang Maha Kudus yang membenci dosa. Berangkat dari sana kita menghindari dosa ,mewujudkan hidup kudus dan lebih luas lagi selalu mengusahakan untuk menyelaraskan hidup ini sesuai dengan kehendak dan Firman Tuhan.
Amsal 15:3 mengatakan:”Mata Tuhan ada disegala tempat, mengawasi orang jahat dan orang baik.” Sejiwa dengan itu ada ucapan dalam bahasa latin yang mengatakan: “Coram Deo” artinya kita hidup dihadapan hadirat Allah. Karena hidup dihadapan Allah dimanapun kita berada maka kita diajak untuk takut kepada Tuhan dalam bentuk hormat, takjub,pujian, ibadah, menghindari dosa dan menyelaraskan hidup sesuai dengan Firman Tuhan. Buang takut yang negatif dan merusak kesehatan jiwa, lalu bersamaan dengan itu kembangkan takut yang positif, takut kepada Tuhan yaitu takut yang membawa berkat.
Minggu ini disebut dengan septuagesima, yang artinya tujuh puluh hari menjelang kebangkitan. Persiapan yang mulai dilakukan untuk memasuki masa-masa pra-Paskah, Paskah, yang merupakan rangkaian peristiwa kebangkitan Yesus dari alam kubur. Makanya dalam Alkitab bahasa Batak dituliskan Hanangkok yang menggambarkan keadaan bangsa Israel bersama-sama naik ke atas ke kota Yerusalem untuk bersama-sama merayakan paskah.
Salah satu persiapan yang perlu dilakukan adalah yang berhubungan dengan keluarga, persisnya hubungan antara suami, isteri, dan anak-anak. Dalam artian, bagaimana masing-masing pihak memahami posisinya di tengah-tengah keluarga dengan cara bersikap yang tepat terhadap anggota keluarga lainnya. Sesuai dengan Epistel kita minggu ini dari Kolose 3:18, 4:1 akan tetapi dalam penafsiran kita semua sering salah penafsiran di Kolose 3:18 sering kali kita menafsirkan bahwa seorang suami dapat semena-mena terhadap istrinya, akan tetapi kita juga harus melihat di Kolose 3:19 bahwa seorang suami harus mengasihi istrinya dan janganlah berlaku kasar terhadap dia(istrinya). Akan tetapi ayat tersebut harus kita hubungkan dengan Efesus 5:22-25 bahwa seorang suami harus menyayangi istrinya sama seperti menyayangi Tuhan seperti hukum kasih yang pertama, “Kasihilah Tuhan Allahmu seperti engkau mengasihi dirimu sendiri” dan seorang istri harus taat kepada suaminya sama seperti taat kepada Tuhan. Dan menjadi orang tua harus berlaku adil, mengasihi, jujur seperti di Kolose 3:21 disebutkan bahwa, “hai Bapa-bapa janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya dan sebagai anak harus seperti yang disebut di Amsal 1:8 bagaimana di sebutkan bahwa seorang anak harus mendengarkan didikan ayahnya, dan jangan menyianyiakan ajaran ibumu. Oleh sebab itu di Amsal 3:23 disebutkan bahwa apapun posisimu baik sebagai suami, istri, orang tua, anak, tua dan hamba apapun yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan, dan bukan untuk manusia. Karena keluarga adalah gereja kecil
Oleh sebab itu dapat kita simpulkan bahwa Ketaatan akan Tuhan dapat dijabarkan menjadi 2 penjabaran yaitu secara sifat dan Iman. Hidup Takut akan Tuhan yang pertama adalah takut yang positif dalam arti tunduk seperti dalam bahasa Yunani adalah Piss Theo, yaitu saya taat. Yang kedua takut yang mengasihi Tuhan dengan segenap hatimu dan kedua itu disimpulkan dengan Ketaatan secara sifat. Dan ketaatan yang kedua adalah Iman yang dalam arti mempercayai Allah sebagai Tuhan dan Iman menjadi bukti dari yang tidak kita lihat. Akan tetapi muncul berbagai pertanyaan mengapa harus iman? Jawabanya adalah karena, menurut Firman Tuhan sendiri, inilah ”denyut jantung” seluruh kekristenan kita. Mengapa Iman di analogikan seperti denyut jantung? Seperti tubuh kita. Minus ”denyut jantung”, bisa saja kita mengenakan pakaian raja-raja, berbaring di atas ranjang kencana, dikawal sepasukan tentara, dan dengan jasad nampak utuh sempurna. Namun tanpa-nya? Kita tanpa jantung tak berarti apa-apa. Oleh sebab itu betapa sentralnya Iman tersebut pada ke Kristenan kita. Oleh sebab itu takut akan Tuhan jika menggunakan iman akan menjadi saya yakin atau bahasa Yunani nya disebut Sole Fide. Bahkan Yesus sendiri berkata bahwa, “manusia dibenarkan karena iman dan bukan karena melakukan hukum taurat.”
Dan di akhir renungan kita minggu ini maka kita menyimpulkan bahwa hidup yang takut akan Tuhan adalah dengan ketaatan yang postif dan dengan Iman
Amin.

Jumat, 25 Desember 2009

Perayaan Natal - Bagaimana Sikap Kita ?

Perayaan Natal - Bagaimana Sikap Kita ?

Ada orang Kristen yang setuju dengan hari Natal, ada yang menolak karena berasal dari perayaan orang kafir. Bagaimana sikap kita ?

Latar Belakang Perayaan Natal

A. Asal Kata

Natal = Lahir

Christmas = Christ adalah Kristus

Mass adalah Misa atau Kebaktian

Yang dimaksudkan disini adalah merayakan kelahiran Tuhan Yesus Kristus sebagai manusia


B. Tanggal

Tidak ada yang dapat memastikan tanggal berapa Yesus sebagai manusia lahir.

- Ephiphanius dan Gereja Orthodox Timur merayakan tanggal 6 January.

- Gereja Armenian merayakan tanggal 19 January

- Clement Alexander tanggal 20 April

- Lain - lain (berdasarkan berbagai perhitungan ilmiah dan matematis) 20 Mei

- Kaisar Constantine mulai merayakan Natal pada tanggal 25 Desember pada tahun 325 (menggantikan hari raya kafir).


C. Asal Usul :

Ada banyak unsur - unsur penyembahan berhala dan kekafiran masuk dalam tradisi ini sehingga akhirnya menjadi Natal jaman sekarang seperti dikenal oleh orang - orang kafir misalnya pohon natal, lampu - lampu, hadiah - hadiah, obral , pesta pora, mabuk - mabukan / minum minuman beralkohol, dansa dll.


Pertimbangan Firman Tuhan


1. Sebagai Anak manusia, Yesus memang memiliki tanggal lahir. Tetapi sebagai Allah Dia ada dari kekal sampai kekal; Bapa yang Abadi, Allah yang kekal.

Yesaya 9:5 (atau ayat 6 di beberapa versi terjemahan Alkitab) misalnya menyebutkan bahwa bagi kita seorang anak dilahirkan tetapi kemudian disebutkan bahwa namanya disebut Ajaib, Penasehat, Allah perkasa, Bapa yang abadi, Raja Damai. Jadi sebagai manusia memang dilahirkan sebagai seorang anak, tetapi sebagai Allah Yesus adalah Allah yang kekal.


2. Ulang Tahun Yesus tidak pernah dirayakan baik oleh orang tuanya, Yesus sendiri maupun para rasul ataupun oleh gereja mula - mula.

Bahkan Alkitab tidak pernah mencatat perayaan ulang tahun oleh tokoh - tokoh Alkitab yang berada di pihak Allah. Memang ada beberapa perayaan ulang tahun yang ditulis di Alkitab, tetapi untuk memperingati hari kelahiran musuh - musuh Allah (Firaun, Herodes dll).


2.a. Mengapa Para Tokoh Alkitab Tidak Merayakan Ulang Tahun ?

A. Bukan Karena Tidak Tahu

Tradisi ulang tahun sudah dikenal jauh ke belakang. Alkitab mencatat peristiwa ulang tahun Firaun (Kejadian 40:20) sedangkan penemuan arkeologis mencatat prasasti atau catatn kelahiran seseorang jauh sebelum jaman peradaban mesir.

B. Bukan Karena Tidak Punya Uang

Abraham, Daud, Salomo, dan Daniel adalah tokoh - tokoh yang Tuhan berkati dengan harta berlimpah tetapi tidak tercatat mereka mengadakan pesta ulang tahun.


2.b. Lalu Mengapa Mereka Tidak Merayakan Ulang Tahun ?

Memang Alkitab tidak menjelaskan dengan jelas mengapa mereka tidak merayakan hari ulang tahun. Sepertinya hari kelahiran bagi mereka bukanlah sesuatu yang pantas dirayakan kecuali untuk menandai umur seseorang saja (sewaktu Yesus berulang tahun ke 12, sesuai adat Yahudi Yesus disunat).


2.c. Apakah Merayakan Hari Ulang Tahun itu Berdosa ?

Tidak, bahkan peringatan hari ulang tahun adalah wahana yang sangat baik untuk memuliakan Tuhan. Biasanya sanak saudara datang berkumpul. Beberapa rekan saya menggunakan ini untuk mengadakan ibadah kecil dimana Allah dimuliakan dan Injil diberitakan. Dan mereka tidak dapat menolak untuk menghormati yang berulang tahun ^-^


3. Perayaan Natal Sudah Terlanjur Masuk Dalam Tradisi Kristen

Hampir di seluruh dunia termasuk di Palestina, hari Natal adalah hari libur dan diakui oleh semua orang tanpa perduli agama mereka sebagai peringatan hari kelahiran Yesus Kristus. Hal ini sebagaimana hal - hal lainnya percuma untuk ditiadakan atau diubah karena ini sudah menjadi tradisi yang mengakar jauh ke dalam.


4.a. Apakah Natal Dapat Dipakai Untuk Memuliakan Tuhan ?

Banyak hal kafir yang dapat disucikan untuk kemuliaan Tuhan. Sebagian Mazmur Daud adalah lagu - lagu pop bangsa Filistin yang diganti syairnya untuk memuliakan Tuhan. Atau juga kota Yerikho (artinya secara harafiah adalah terkutuk) yang direbut oleh Yoshua sebagai langkah awal pendudukan tanah perjanjian (kemudian Yerikho menjadi simbol kemenangan).

I Tawarikh 18:1-11, Daud merampas Gat dan kota - kotanya dari orang Filistin dan semua emar - emas dan permata yang diperoleh dikuduskan dan dipakai kemudian untuk membangun Bait Allah.


4.b. Dasar - Dasar Dan Kerangka Perayaan Natal Dari Alkitab

Sebagai :

Saat untuk menyembah dan memuji Tuhan karena pada hari lahirNyapun Malaikat bernyanyi dan memuji Tuhan. (Lukas 2:13-14)

Saat untuk mengabarkan bahwa Yesus Kristus memang pernah lahir dan ini bukan dongeng.

Saat uutuk memberitakan keselamatan karena pada hari itu diperingati kelahiran Juru Selamat Dunia. Ini adalah kesukaan terbesar bagi semua orang yang percaya. Malaikat memberitakan ini kepada para gembala. Sekarang kitalah yang harus memberitakannya. (Lukas 2:10-11)


--------------------------------------------------------------------------------

Sikap Yang Benar
Natal adalah sarana penginjilan yang luar biasa karena sudah identik dengan kekristenan itu sendiri. Semua yang merasa dirinya Kristen pasti datang kebaktian / misa di Hari Natal. Jangan merasa tertuduh, ambil kembali perayaan Natal untuk kemuliaan Tuhan. Bawa kado jiwa - jiwa dan semua yang terbaik untuk Tuhan Yesus.

Bukan Hari Suci Umat Kristiani. Hari suci tidak lagi relevan di jaman perjanjian baru ini, tetapi semua hari yang ada sepanjang tahun adalah hari dimana kita mengkuduskan diri di hadapan Tuhan senantiasa. Tidak ada berkat khusus di hari natal, jadi jangan di dewakan seperti umat kristiani yang tidak mengenal Tuhan (harus datang di hari Natal dan Paskah).

Jangan merayakannya seperti orang dunia berpesta pora. Ingat ini untuk kemuliaan Tuhan, jadi jangan dikotori dengan pesta pora dan kenajisan lainnya.

Bukan sarana untuk mengeruk keuntungan pribadi. Banyak hamba Tuhan menjadikan event ini sebagai kesempatan panen. Banyak jemaat berebut jabatan dan posisi di kepanitiaan Natal. Tetap layani Tuhan dengan kudus dan penuh kerendahan hati. Jangan memilih melayani di tempat yang "empuk", dan jangan "memasang tarif" semata karena kelangkaan Hamba Tuhan di saat - saat Natal. Juga para pemilik usaha katering yang juga orang percaya, jangan memasang harga yang kelewatan untuk sebuah "proyek" Natalan gereja.

Kesempatan yang luar biasa untuk menunjukkan kasih kita pada sesama khususnya sesama anggota Jemaat.

Berikan hadiah natal kepada saudara seiman terutama yang membutuhkan, berikan yang terbaik seperti kepada Tuhan supaya kita boleh saling mengasihi (jangan sarden yang sudah 4 semester di gudang, baju bekas yang bolong dll).

Jaga motivasi agar tidak memberi demi keuntungan kita sendiri (parsel kepada boss dll) tetapi memberi dengan penuh kerelaan dan kasih.

Jaga sikap agar tidak diskriminatif. Karena kelimpahan jemaat di saat - saat seperti ini banyak gereja yang bersikap diskriminatif dalam menerima jemaat dalam kebaktian natal. Ingat Orang Majus dan Gembala bertemu bersama di tempat dimana Yesus ada / Rumah Allah.

Akhirnya, selamat mengadakan kebaktian Natal yang memuliakan Allah. Biarlah Natal tahun 2002 ini menjadi saat dimana gereja Tuhan diseluruh dunia memberitakan bahwa "God sent His Son, His name is Jesus, and whoever believes in Him shall not perish but has an everlasting life." Amin !!!

Rabu, 11 November 2009

KHOTBAH 1 TESALONIKA 2 :1-2

“HAMBA TUHAN YANG DIBERKATI”
KHOTBAH 1 TESALONIKA 2 :1-2
Pelayanan Paulus di Tesalonika

Saudara-saudara, pada masa itu jemaat Tesalonika bukan dikenal sebagai jemaat yang besar tetapi menjadi teladan bagi seluruh orang percaya di wilayah Makedonia dan Akaya. Jemaat di Tesalonika dikenal dengan kehidupan rohani dari jemaatnya. Orang-orang di Tesalonika tidak memamerkan harta kekayaan yang mereka mililiki tetapi mereka justru memerkan kehidupan rohani. Mereka tidak hanya mengimani saja tetapi dalam berperilaku sehari-hari yang sesuai dengan kehendak Allah. Mereka merasa roh kudus telah dicurahkan kepada diri mereka oleh Allah. Maka sudah sewajarnya jika mereka dijadikan bangsa pilihan Allah dan berharga dihadapan Allah. Paulus yang mendengar tentang jemaat di Tesalonika dan segera datang ke Tesalonika.
Dalam nats ini, ingin disampaikan mengenai bagaimana kita sebagai umat Allah di dunia ini untuk menyebarkan tentang kerajaan Allah kepada sesama. Banyak memang tantangan yang harus kita hadapi sebagai pengikut Kristus di dunia ini. Adanya pembakaran gereja dimana-mana bukan menjadi penghambat bagi kita untuk menjadi takut dan berhenti dalam usaha mewartakan kerajaan Allah di dunia. Hal ini sama dengan Paulus datang untuk menyebarkan tentang kerajaan Allah kepada jemaat di Tesalonika. Pelayanan Paulus pada saat itu bukannya tanpa hambatan. Pada masa itu juga sudah ada hambatan-hambatan bagi hamba Allah yang ingin mewartakan kabar tentang kerajaan Allah. Paulus dapat dikatakan tidak hanya mendapatkan “manisnya” saja saat melakuakan perlayanan di Tesalonika tetapi dia mendapatkan “pahitnya” juga.
Saudara-saudara yang terkasih dalam nama Yesus Kristus, kita semua adalah pengikut-pengikut Allah yang wajib untuk memberitakan kerajaan Allah di dunia ini. Allah mengharapkan kita tidak hanya sebagai pendengar tetapi menjadi pelaku firman. Dalam menyebarkan kerajaan Allah, kita tidak bisa sesuka hati kita tetapi harus sesuai dengan kebenaran dalam firman Tuhan. Kita tidak sama dengan imam-imam (pada jaman dulu) atau dukun. Hamba Allah tidak menyebarkan berita kebohongan dan dusta.
Saudara-saudara, dalam ayat 4 telah dikatakan bahwa kita telah dianggap Allah layak untuk menyebarkan injil. Kita telah dicurahkan roh kudus untuk dapat mewartakan kebenaran akan kerajaan Allah. Pelayanan kita di dunia ini untuk kemuliaan Tuhan dan tidak ada pamrih. Pelayanan kita kepada Allah tentu berbeda dengan pelayanan kita terhadap bos di kantor. Di kantor, kita bekerja sebaik mungkin untuk mendapatkan pujian, reward, atau kenaikan pangkat. Biasanya yang masih bekerja sebagai karyawan datang tidak terlambat dan selalu berpakaian rapih, dan selalu patuh terhadap perintah atasan. Berbeda dengan manajer, manajer biasanya berusaha tampil baik di depan klien atau rekan kerja samanya agar tetap menjaga hubungan. Nah, yang paling di sorot biasanya sales. Seorang sales pasti akan menawarkan produk dan pastinya yang disebutkan hanya keunggulannya saja dan biasanya keunggulan tersebut belum tentu benar. Saudara-saudara, Allah tidak pernah menjanjikan atau memberikan kekayaan atau jabatan kepada kita di dunia ini. Allah tidak mau ada kepura-puraan dalam pelayanan atau lebih sederhana kita mencari perhatian di depan majelis atau jemaat lainnya. Allah tidak dapat menjajikan kenikmatan duniawi. Kita lihat Lukas 20 : 46-47. Dari nats tersebut orang-orang yang mencari pujian dari orang lain dapat disamakan juga dengan ahli-ahli taurat. Ahli-ahli taurat mencari penghormatan dari jemaat dalam rumah ibadat dengan duduk paling depan saat ibadah dan berdoa yang lama dan panjang agar dilihat orang. Yesus mengatakan bahwa orang-orang seperti itu yang akan mendapat hukuman lebih berat.
Saudara-saudara yang di kasihi dalam nama Yesus Kristus. Dalam ayat 8 kalau kita baca. Dalam ayat ini Paulus ingin mengajarkan bahwa dalam pelayanan kita, kita melakukannya dengan kasih dan rela. Kita yang hidup di dunia ini tentu pernah merasakan hangatnya kasih seorang ibu terhadap kita. Kita pernah mendengar lagu “Kasih Ibu” (dinyanyikan). Seorang ibu memberikan kasihnya kepada anaknya dan tidak berharap menerima apapun dari anak. Apapu yang diminta sang anak pasti seorang ibu hanya ingin memberikan segala yang dibutuhkan oleh anaknya.
Di dalam diri kita telah dicurahkan darah dari anak Allah yang telah rela mati di salibkan Api kasih sayang telah menyala-nyala dalam diri kita. Kita telah diberkati Tuhan dan dengan sungguh-sungguh rela membagi hidup kita dengan sesame manusia yang belum mengenal juruselamat dunia.
Jadi, firman Tuhan ini ingin mengatakan, pertama, kita sebagai umat Allah yang ada di dunia ini harus bisa menjadi saksi akan kerajaan Allah. Kedua, dalam usaha kita untuk menyebarkan kebenaran kerajaan Allah di dunia ini tentu banyak hambatan yang bertentangan dengan tujuan kita. Kita tidak menjadi takut atau lemah terhadap hambatan tersebut. Kita harus tetap yakin karena Allah menyertai kita selalu dalam setiap kehidupan kita. Ketiga, dalam menyebarkan kebenaran tersebut, kita tidak dibenarkan untuk bersaksi dusta atas firman Tuhan. Dan yang terakhir, kita menyebarkan kerajaan Allah tidak hanya melalui perkataan saja tetapi melalui perbuatan juga. Perbuatan kasih yang sesuai dengan kehendak Allah. Kita dapat melihat pelayanan Paulus kepada jemaat di Tesalonika. Paulus ingin ia menjadi model atau teladan bagi jemaat Tesalonika. Paulus terlihat salehnya, adil dan tidak bercacat, ia juga bekerja keras, siang dan malam bahkan menghadapi tantangan agar orang-orang di Tesalonika meneladani dirinya. Kita dapat meneladani Paulus. Firman Tuhan ini ingin agar kita dapat menjadi “Paulus-Paulus” baru yang telah diberkati oleh Allah. Setelah kita mendengar firman ini kiranya kita dapat menjadi “batu penjuru” di antara sesama kita dan tidak menjadi “batu sandungan”.
AMIN

Khotbah 1 Raja-raja 3 : 1-15

Konteks : Pemuda di Perkotaan
Khotbah 1 Raja-raja 3 : 1-15
Doa Salomo Memohon Hikmat
Salomo merupakan anak dari seorang raja Israel, yaitu Daud. Daud mewarisi kerajaan Israel kepada anaknya, Salomo. Salomo banyak melakukan perlawanan terhadap kerajaan sekitar. Setelah ancaman politis telah disingkirkan, dia menjalin “persahabatan” dengan mesir. Ternyata hal itu dilakukan oleh Salomo sebagai salah satu usaha untuk mendekati putri dari Firaun Salomo merupakan seorang raja yang terlihat tanpa charisma yang menonjol. Tetapi Salomo dapat menciptakan karya sastra. Karena karya-karyanya itulah dia dikenal oleh wilayah sekitarnya. Salomo menikahi anak dari Firaun yang merupakan raja Mesir. Perkawinan ini sebagai taktik politik yang disiapkan oleh Salomo. Salomo ingin menjalin hubungan persahabatan dengan Mesir sehingga dia dapat membangun istananya, Bait Suci, dan tembok Yerusalem.
Pada masa itu, Salomo memimpin pemerintahannya baik sekali. Secara kerohanian, pemerintahan itu memburuk, menjurus pada penyembahan berhala-berhala. Masyarakat Israel pada masa itu masih memiliki tradisi untuk memberikan persembahan dan membuat ibadah di atas bukit pengurbanan.
Salomo sebagai raja Israel pun melakukan pengurbanan bakaran di atas bukit pengurbanan. Pada suatu malam hari ketika ia selesai melakukan kurban yang secara besar-besaran, Tuhan datang melalui mimpinya. Salomo dalam mimpi tersebut memohon agar diberikan hikmat kebijaksanaan dalam dirinya agar dapat memberikan keputusan yang baik atau salah dalam menghakimi masyarakatnya. Salomo tidak meminta umur panjang atau pun kekayaan.
Saya memiliki teman bernama Jodi yang berusia 22 tahun. Jodi seorang yang dikenal teman-temannya memiliki sifat bandel. Dia juga memiliki julukan playboy karena memiliki pacar minimal lebih dari 2. Hal itu wajar karena mungkin dia diberi kelebihan oleh Tuhan berkat berupa wajah yang rupawan dan harta yang melimpah. Ayahnya adalah seorang Kapolsek di salah satu wilayah di Jakarta dan ibunya seorang bisnis woman yang sibuk dengan pekerjaanya. Jodi anak tunggal yang kurang perhatian dari orang tuanya. Jodi suka sekali berfoya-foya menghabiskan duit orangtuanya untuk pesta minuman keras dan “clubbing”. Bahkan dia sudah terjerumus kedalam seks bebas. Dia bercerita kepada saya bahwa dia jarang sekali bertemu dengan orang tuanya. Orang tuanya pergi pagi dan pulang tengah malam bahkan ayahnya terkadang tidak pulang karena tugasnya.
Beberapa waktu yang lalu, Jodi masuk dan dirawat di rumah sakit. Saya menjenguk ia bersama teman dan pak Pendeta. Jodi sedang terbaring lemah tanpa kata. Ibunya yang menjaga Jodi bercerita bahwa masih sering memuntahkan makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuhnya. Ia juga merasakan ketika membuka mata seolah-olah ruangan itu sedang berputar-putar. Kami semua yang ada di dalam ruangan tersebut dengan hati cemas mengatakan bahwa Jodi mungkin akan meninggalkan kita semua untuk selamanya. Kedua orang tuanya pun sudah khawatir akan hal itu dan mulai menyadari bahwa mereka terlalu sibuk akan pekerjaannya dan kurang perhatian terhadap Jodi. Pada saat Jodi dalam keadaan kritis, pak Pendeta hanya mengajak kami berdoa. Dalam doanya, Ibunya berharap agar Tuhan memberikan kesempatan satu kali lagi untuk Jodi agar ia dapat berkarya dan melayani di ladang Tuhan. Setelah doa itu, kami semua meninggalkan kedua orangtuanya bersama jodi.
Pada malam harinya tiba-tiba suster yang bertugas untuk mengontrol Jodi, melihat gambar detak jantung di komputer telah berjalan lurus, dan suster segera mengukur tekanan darah dan hasilnya nol per nol. Dengan menangis, sang ibu berseru kepada Tuhan “ Tuhan jangan ambil anak kami, sebab ia masih banyak kesalahan di dunia ini dan biarkan ia menjadi pelayan-Mu, berikanlah ia satu kesempatan.” Sang ibu pun bersyukur kepada Tuhan sebab Tuhan telah mendengar permohonannya. Beberapa menit kemudian jantungnya berdetak lagi. Keesokan harinya ia semakin pulih. Jodi sudah bisa makan dan minum walaupun hanya sedikit demi sedikit serta tidak muntah lagi. Pada hari kedua dan berikutnya keadaanya semakin membaik. Setelah dirawat seminggu, Jodi kembali pulih dan sudah boleh pulang. Beberapa hari kemudian Jodi datang ke gereja dan mendaftarkan diri untuk menjadi guru sekolah minggu. Orang tuanya pun kaget mengetahui akan hal tersebut. Tetapi kedua orang tuanya senang melihat anaknya menjadi “pelayan” Tuhan.
Dalam ayat 11-13 dikatakan Jadi berfirmanlah Allah kepadanya: "Oleh karena engkau telah meminta hal yang demikian dan tidak meminta umur panjang atau kekayaan atau nyawa musuhmu, melainkan pengertian untuk memutuskan hukum, maka sesungguhnya Aku melakukan sesuai dengan permintaanmu itu, sesungguhnya Aku memberikan kepadamu hati yang penuh hikmat dan pengertian, sehingga sebelum engkau tidak ada seorangpun seperti engkau, dan sesudah engkau takkan bangkit seorangpun seperti engkau. Dan juga apa yang tidak kauminta Aku berikan kepadamu, baik kekayaan maupun kemuliaan, sehingga sepanjang umurmu takkan ada seorangpun seperti engkau di antara raja-raja."
Komputer di tangan balita berumur 2 tahun tidak lebih berharga dari mainan biasa miliknya, kumpulan tombol- tombol dari huruf- huruf yang menarik perhatian, dan sebuah layar penuh warna yang atraktif. Begitu juga alat Pacul sangat dibutuhkan oleh petani. Pacul alangkah berharganya di hadapan petani dibandingkan dihadapan seorang pengusaha.
Dalam hal ini dapat juga kita samakan dengan firman Tuhan yang kita jadikan pedoman dalam hidup kita. Jika kita tidak mengakui bahwa Firman Tuhan memiliki kekuatan, dan bahwa Firman Tuhanlah yang membedakan hati manusia, maka Firman Tuhan juga tidak dapat menolong kita. Pengertian membuka kunci dari kekuatan Firman Tuhan untuk mengalir ke dalam hidup orang percaya, seperti halnya. Semakin kita memberikan diri kita ke dalam Firman Tuhan, maka semakin penuh juga pengertian yang akan datang ke dalam hidup kita. Firman Tuhan itu tidak akan dapat menjadi kekuatan dalam kehidupan kita jika kita tidak mempercayainya. Tetapi alangkah Indahnya jika kita sebagai umat Allah untuk percaya pada firman Tuhan. Kita bisa yakin dan percaya Allah akan hadir dalam hidup kita. .









DAFTAR PUSTAKA

Hadiwijono, DR. Harun. Tafsiran Alkitab Masa Kini 1Kejadian-Ester, (BPK Gunung Mulia, 1983)
Lasor,W.S. Pengantar Perjanjian Lama 1, ( BPK Gunung Mulia, 2005)
Nelson, Richard. Interpretation first and Second Kings, (John Knox Press LOUISVILLE, 1987)

Kejadian 39:1-23

Kejadian 39:1-23
Diakui atau tidak, setiap manusia punya karakter yang berbeda. Setiap manusia dijadikan unik dan berbeda satu dengan yang lainnya, termasuk juga hidup di lingkungan yang berbeda, dididik dengan cara yang berbeda, dengan orang tua yang berbeda, sekolah yang berbeda, pergaulan yang berbeda bahkan tahun hidup yang berbeda. Tanpa disadari, segala sesuatu tersebut menjadi faktor yang mempengaruhi pembentukkan bahkan yang ikut serta membentuk karakter tiap manusia, baik itu karakter baik maupun karakter yang kurang baik. (karena pada dasarnya manusia diciptakan baik adanya, hanya saja ketika manusia memilih untuk melakukan apa yang dilarang Allah, karakter baik itu ‘tercemar’)
Namun sebelumnya tentu kita perlu mengetahui apa sesungguhnya arti dari karakter itu sendiri? Orang menyebut karakter sebagai watak, sifat, perangai ataupun ciri. Namun nampaknya kartakter tidak hanya terbatas pada sifat saja, karena ternyata karakter bukan semata-mata bawaan genetik yang tidak dapat diubah. Misalnya dengan mengatakan: “dari sananya Bapak A adalah bapak yang pemarah, maka sepanjang usianya ia akan menjadi orang yang pemarah, tidak mungkin berubah!!” salah besar!! Karena karakter tidak dibentuk semata-mata oleh gen, namun oleh pengalaman, oleh lingkungan, oleh pengalaman manis dan pahit, bahkan oleh tekad manusia itu sendiri.
Memang benar ada karakter yang sifatnya menetap dalam diri manusia, yang dapat dikatakan sebagai karakter dasar. Namun bukan berarti tidak dapat dibentuk. Ada istilah “ kita ini adalah lempung di tangan Yang Maha” benar adanya.... apapun karakter dasar kita, kita ini adalah lempung yang tetap dapat dibentuk, tergantung bagaimana, berapa lama dan siapa yang membentuknya.
Pembentukan karakter sesungguhnya berkaitan dengan apa yang sering disebut orang sebagai pembunuhan karakter. Lho, mengapa pembunuhan? Karena ternyata baik lingkungan, pengalaman, orang tua, dan apapun yang disebut seagai faktor pembentukan tadi sekaligus juga dapat menjadi faktor yang membunuh karakter. Air misalnya, dalam kacamata teologi dan hubungannya dengan alam memiliki sifat untuk membersihkan, membasuh, dan mencuci. (itulah juga alasan kita membaptis menggunakan air dan bukan pasir atau lumpur) namun sifat dasar air yang seharusnya dapat membersihkan dan memasuh itu tercemar oleh lingkungan, sehingga secara tidak langsung karakter baik dari air tersebut dirusak bahkan dibunuh oleh lingkungan, oleh manusia. Mencuci baju dengan air yang tercemar, tidak akan dapat membuat baju yang kita cuci itu menjadi bersih.
Ira Indrawardana, seorang sahabat dan dosen antropologi di Universitas Padjadjaran memiliki definisi sendiri tentang pembunuhan karakter ini yaitu: “penistaan, jugdement, stereotipe negatif yang diperluas untuk mendiskriditkan sekelompok atau seseorang dalam bentuk agitasi atau kekerasan (violence) oleh hukum dan lain sebagainya.” Tentunya pembunuhan karakter menjadikan manusia tidak mampu melihat hidup sebagai sesuatu yang layak untuk diperjuangkan, dihargai, dipergunakan dengan sebaik-baiknya atau ketika hidup menjadikan manusia semakin terbatas, dan tidak mampu menjadi wadah bagi setiap individu untuk berekspresi serta mengembangkan diri dengan kebebasan yang bertanggung jawab. Itulah yang disebutnya “KEMATIAN DALAM HIDUP”
Kini, bagaimana kita dapat mengaitkan perbincangan kita di atas tadi dengan kisah Yusuf dari Kejadian 39: 1-23? Bagaimana karakter Yusuf dibentuk? Untuk dapat menjawab pertanyaan ini, baiklah kita mencari tahu bagaimana Yusuf bisa menjadi pembesar di Mesir. Yusuf adalah anak kesayangan Yakub, karena Yusuf adalah anak yang ia peroleh di masa tuanya. Karena begitu kasihnya kepada Yusuf, Yakub membuat jubah yang maha indah baginya. Dan tentunya hal tersebut membuat saudara-saudara Yusuf iri kepadanya.
Hal pertama yang perlu kita perhatikan adalah, secara psikologis, Yakub sebagai ayah membuat Yusuf menjadi orang yang besar di antara saudara-saudaranya. Ia menjadi lebih berharga, lebih penting dan lebih dikasihi. Secara tidak langsung ini membuat Yusuf juga menjadi orang yang besar, berpikiran besar, berjiwa besar, dan berperilaku besar. Walaupun suatu ketika sang ayah menegurnya, karena mimpinya, tapi sang ayah tetap memperlakukannya sebagai pembesar, dengan menyimpan perkara itu di dalam hatinya (Kej 37:10). Pertanyaannya adalah, mengapa itu semua tidak membuatnya menjadi orang yang sombong?
Kedua, Yusuf membiarkan dirinya dijual ke tanah Mesir. Ia tidak memberontak, tidak bertanya, tidak marah dan bahkan cenderung tidak melakukan apa-apa padahal ia dididik oleh sang ayah untuk menjadi besar. Ia mendapati dirinya diperlakukan dengan tidak adil, didiskriminasikan, dilukai, ditekan namun tidak menjadikan segala sesuatu itu menjadi batu sandungan, mengapa itu bisa terjadi?
Ketiga, melalui bacaan kita kali ini, Yusuf juga mendapat perlakuan tidak adil dari Potifar. Ia mengalami apa yang disebut Ira Indrawardana sebagai agitasi (hasutan) dan kekerasan oleh hukum. Ia harus menerima hukuman atas apa yang tidak dilakukannya. Lebih dari itu dia dihukum karena ia mempertahankan apa yang benar. Toh ia pun tidak mencoba untuk membela dirinya., sebaliknya ia taat dan setia, menerima dengan hati yang lapang, bahkan tetap melakukan yang terbaik yang dapat ia lakukan sebagai manusia terbatas. Mengapa?
Bayangkan bila kita mengalami apa yang Yusuf alami! Bila sejak kecil kita diperlakukan dengan begitu istimewa, begitu dihargai, dan dibuat besar, mungkinkah kita bisa berlaku seperti Yusuf berlaku? Atau jangan-jangan kita akan tumbuh menjadi pribadi yang arogan, pribadi yang sombong dan egois, memandang diri yang paling benar dan paling berharga dan memandang orang lain dengan sebelah mata?
Ketika kita dijual oleh saudara-saudara kita, dizolimi, dibuat merana, dibenci bahkan ‘dibunuh’, mungkinkan kita dapat berlaku seperti Yusuf yang dengan tangan terbuka menyambut, memeluk, dan senantiasa mengasihi mereka bukan dengan cinta yang pura-pura namun dengan cinta yang ikhlas. Atau kita akan memilih menajdi manusia yang memiliki dendam kesumat yang tidak mau memperbaiki relasi, bahkan berusaha untuk membalas segala sesuatu yang telah menimpa hidup kita?
Dan ketika kita diperlakukan dengan tidak adil, dengan dibiarkan menanggung apa yang menurut kita tidak layak kita terima, dihujat, difitnah, dizolimi, apakah kita akan tetap bersikap tenang seperti Yusuf, menerima dengan jiwa besar? Atau kita akan menuntut balik, mengajukan banding taupun kasasi, seperti yang dilakukan oleh sebagian besar manusia ketika haknya diinjak-injak?
Yusuf yang diberikan kuasa dan kepercayaan begitu rupa dari Potifar, SEBAGAI PENGUASA di rumahnya bisa saja menggunakan kesempatan untuk tidur dan bersetubuh dengan isteri Potifar. Tapi hal tersebut tidak ia lakukan, bukan karena kuasa yang dimilikinya tidak termasuk untuk menguasai isteri Potifar, namun karena ia tidak mau kelakukan apa yang dianggapnya kejahatan besar dan dosa kepada Allah (39:9). Inilah sesungguhnya yang menjadi jawaban atas 3 pertanyaan tentang Yusuf di atas. Yusuf adalah manusia biasa yang punya kelemahan dan kekurangan. Dia bukan semata-mata seorang pemuda gagah yang memiliki karakter tabah, sabar, tekun dan senantiasa berpikir positif. Ia melakukan itu semua karena ia mengenal Allah, dan bukan semata-mata karena dirinya sendiri. JADI SEBENARNYA FAKTOR-FAKTOR DI ATAS PERLU DILENGKAPI LAGI DENGAN SATU FAKTOR YANG PALING PENTING DAN PALING UTAMA DALAM PEMBENTUKKAN KARAKTER MANUSIA SESUNGGUHNYA, YAITU: ALLAH!!!
Tidak dapat dipungkiri, bahwa sesungguhnya Allah memiliki peran yang luar biasa dalam diri manusia dalam membentuk karakternya masing-masing. Pengalaman boleh pahit, orang tua boleh kejam, lingkungan boleh mendorong manusia ke jalan yang keliru, namun Allah yang menjadikan segala sesuatu itu menjadi kebaikan bagi kita. (Kej 50:20). Setiap manusia memiliki karakter Allah itulah makna segambar dan serupa dengan Allah, hanya saja manusia tidak bisa mengisolasi diri dari lingkungan dan pengalaman yang dapat baik secara langsung ataupun perlahan membunuh karakter Allah itu dalam diri manusia, sehingga suatu waktu manusia menemukan karakter Allah telah terbunuh dan mati dalam dirinya.
Begitu juga dengan seorang Yusuf. Ia bisa menjadi seorang pembunuh, pemberontak yang membenci keluarganya... atau penguasa yang tidak berprikemanusiaan, yang akhirnya juga dapat menjadi seorang pembunuh karakter atas mereka yang dikuasainya, oleh karena pengalaman pahit dan luka batin yang dideritanya. Namun itu semua tidak dipilihnya. Ia memilih untuk tetap memelihara karakter baik yang telah Allah tanamkan dalam setiap individu.. tentunya ketika kita menyadari bahwa setiap manusia sesungguhnya diciptakan dengan karakter Allah, bukan berarti karakter itu akan tetap ada dan nampak dalam kehidupan tiap individu. Semuanya itu tergantung, tergantung pada apa? tergantung apakah kita mau memelihara karakter itu dan mengikutsertakan Allah dalam rangka membentuk karakter yang sungguh sesuai dengan kehendakNya, bukan kehendak kita.
Karakter kita tidak hanya dibentuk oleh manusia, oleh keadaan dan situasi dimana kita tumbuh kembang, tapi juga oleh Tuhan yang membentuk kita di rahim ibu kita. Masalahnya adalah, sadarkah kita bahwa Tuhan punya andil, dan oleh sebab itu kita memberikan Yang Maha itu kesempatan untuk turut serta? Ataukah kita menutup rapat kesempatan itu dan membiarkan segala sesuatu yang duniawi membentuk jati diri kita? Memang tidak semua yang bersifat duniawi itu buruk, karena Alalh juga menciptakan dunia ini pada awalnya dalam kesempurnaan. Tapi bukankah manusia telah merusaknya? Menjadikan segala sesuatu yang sempurna adanya menjadi cacat, membunuh karakter yang sempurna dalam setiap ciptaan Allah?
Di atas segala sesuatu yang manusia lakukan untuk merusak karakter Allah, Allah tetap memelihara karakter dan citra diriNya di dalam manusia. Ia tidak membiarkan citraNya mati karena pembunuhan yang dilakukan oleh manusia. Oleh karena itu karakter Allah dalam diri manusia tidak pernah benar-benar mati. Mungkin sekarat, mungkin mati suri, tapi tidak pernah benar-benar mati dan lenyap dari kehidupan manusia. Hanya saja kini pertanyaan bagi kita semua, sejauh apa kita membiarkan Allah menghidupkan kembali karakterNya dalam diri kita, seperti yang telah Yusuf lakukan dalam hidupnya yang tidak mudah, tidak nyaman, namun tetap berada dalam naungan dan berkat Tuhan.?
Pembentukkan karakter tidak hanya tergantung dari segala sesuatu yang duniawi ataupun dari Allah, tapi dari manusia itu sendiri. Mampukah, atau lebih tepatnya maukah ia memilih yang terbaik?





SUMPAH DEH!!!
Mat 5 :33-37
Tujuan:
1. remaja memiliki pengetahuan tentang asal mula pemakaian kata sumpah
2. remaja mengetahui apakah sumpah boleh tau tidak dilakukan oleh remaja Kristen saat ini
3. remaja memiliki pemahaman yang jelas tentang makna sumpah
Perkataan “sumpah deh” telah menjadi perkataan yang sangat biasa kita dengar diucapkan oleh banyak orang termasuk remaja. Bahkan kata sumpah sering kali dijadikan pernyataan untuk menyatakan suatu kebohongan agar orang lain yang mendengarnya percaya. Dan akan lebih percaya lagi ketika kata sumpah itu disandingkan dengan kata Tuhan atau Allah. Waduh... bahaya jadinya, kenapa ? karena banyak dari kita yang menggunakan kata sumpah tanpa mengetahui dengan benar apa maknanya dan dari mana asal usulnya. Padahal banyak sekali hal yang buruk dikaitkan dengan kata sumpah. Misalnya, teman-teman pernah mendengar sumpah pocong? Di film-film religi dewasa ini sumpah pocong sering kali didengungkan sebagai suatu cara pembenaran. Ternyata sumpah pocong bukan hanya ada di sinetron kita loh, masih banyak daerah di Indonesia yang menggunakan sumpah pocong untuk menyelesaikan masalah. Misalnya perselingkuhan, pencurian, penipuan dan lain sebagainya. Sumpah pocong dilakukan dengan cara memocongkan (dibalut kain kafan) orang yang ingin bersumpah, lalu ia bersumpah di hadapan al-quran, sambil dibacakan ayat-ayat suci al-quran oleh ustad yang melayani sumpah pocong tersebut. Bila benar orang itu berbohong maka ia harus rela menjadi pocong ketika ia mati nantinya. Nah itulah maksa sesunguhnya dari sumpah: yaitu ketika orang yang bersumpah benar-benar mau menanggung apapun yang terjadi bila ia sungguh mengatakan kebohongan.
KBBI mendefinisikan kata sumpah menjadi: pernyataan yang diucapkan secara resmi dengan bersaksi kepada Tuhan atau kepada sesuatu yang dianggap suci, pernyataan disertai tekad melakukan sesuatu untuk menguatkan kebenarannya atau berani menderita sesuatu kalau pernyataan itu tidak benar; namun lebih dari itu KBBI juga mendefinisikan kata sumpah sebagai kata-kata yang buruk, tulah, kutuk.
Sumpah sendiri sebenarnya telah dikenal dari masa nenek moyang kita Abraham. Kata sumpah berasal dari bahasa (Ibr: syawbah dan ala; Yun: horkos) Ala yang paling kuat, artinya pengutukan apabila dia tidak mengatakan kebenaran. Sumpah sendiri adalah bagian dari kebudayaan orang Israel: dimana nama Allah dilibatkan dan hukuman ilahi dinantikan apabila kebenaran dihianati dan kebiasaan ini berlanjut hingga masa perjanjian Baru.
Sumpah adalah kutukan atas orang yang melanggar kata katanya sendiri (1 Sam 19:6)atau bila ia tidak mengatakan kebenaran. Gagasan memohon kutuk atas diri sendiri, telah mendorong beberapa ahli mengemukakan, bahwa bila seorang Ibrani bersumpah atas nama Alah, maka ia memberikan kebebasan kepada Allah untuk bertindak atau mempercayakan kepada Allah tugas bertindak terhadap seorang yang melakukan sumpah atau kesaksian palsu. Orang Israel dilarang mengucapkan sumpah demi dewa-dewa. Yesus sendiri mengajarkan bahwa sumpah pada hakekatnya mengikat. Namun dalam kerajaan Allah sumpah tidak lagi dibutuhkan karena seharusnya percakapan sehari-hari orang Kristen haruslah sama sucinya dengan sumpahnya.
Alkitab mencatatat Allah sendiri juga mengikatkan diri dengan sumpah, namun Ia bersumpah atas nama dirinya sendiri dan bukan orang lain karena tidak ada seorangpun yang lebih tinggi dari Allah. Dalam sumpah yang digunakan haruslah sosok yang lebih tinggi yang bisa diberikan kewenangan. Tapi dalam khotbah di bukit, Yesus menjelaskan bahwa dalam kerajaan Allah kebijakan semacam itu membatalkan hubungan antara kebenaran dan kasih. Apa maksudnya tuh? Coba kita lihat kembali bacaan kita hari ini, apa yang bisa kita pelajari bersama dari Matius 5:33-37:
• ay 33. "Kalian tahu bahwa pada nenek moyang kita terdapat ajaran seperti ini: jangan mungkir janji. Apa yang sudah kaujanjikan dengan sumpah di hadapan Allah, harus engkau melakukannya. Hal pertama yang bias kita pelajari adalah sebenarnya sumpah itu tidak dibutuhkan bagi anak-anak Allah. Karena, sudah seharusnya, sebagai anak-anak Allah kita melakukan apa yang benar di hadapan Allah, dalam hal ini berbicara jujur, jangan mungkir/ jangan berbelok, mengelak, berbohong. Selain itu sebagai anak-anak Allah kita, bila kita berjanji untuk melakukan sesuatu, maka haruslah kita melakukannya karena kita mencintai Allah dan bukan karena terpaksa / karena terdesak sumpah (janji)
• oleh karena itu pada ayat selanjutnya 34-36 Yesus berkata:” tetapi sekarang Aku berkata kepadamu: jangan bersumpah sama sekali, baik demi langit, sebab langit adalah takhta Allah, maupun demi bumi, sebab bumi adalah alas kaki-Nya; atau demi Yerusalem, sebab itulah kota Raja besar. Jangan juga bersumpah demi kepalamu, sebab engkau sendiri tidak dapat membuat rambutmu menjadi putih atau hitam, biar hanya sehelai.” Kita sama sekali tidak berhak bersumpah atas apapun apalagi atas diri kita sendiri. Misalnya ada yang berkata :”biarin gue kesamber geledek deh atau biar gue ketabrak bajaj atau biar gue miskin deh. Kita sebenarnya tidak berhak mengatakan itu, karena hidup kita ini semata-mata bukan hanya milik kita sendiri, tapi terutama milik Allah. Begitu pula ketika kita bersumpah atas nama Tuhan: “Demi Tuhan deh, sumpah serius deh demi Yesus, demi Allah, gue ga bohong!!!”. Dengan mengatakan sumpah atas nama Tuhan, maka sama saja kita menantang Tuhan untuk memberi kita hukuman bila kita salah dan sebaliknya, bila tidak maka Engkau harus membela saya, membenarkan saya.
Teman-teman sesungguhnya kita sama sekali tidak berhak menentukan hukuman apa yang pantas bagi kita. Apa yang telah Tuhan lakukan, termasuk membenarkan kita dengan kematianNya di kayu salib, bukan karena kita memang layak dibenarkan, bukan juga karena kita memang benar di hadapanNya. Tapi karena Ia sungguh mengasihi kita. Apa sih dasar yang biasa kita gunakan di dunia ini untuk menyatakan ini benar dan ini salah? Tidak ada kebenaran absolute di dunia ini. Karena kebenaran itu hanyalah milik Tuhan seorang. Dan tanpa kita minta, dan tantang Tuhan untuk membenarkan kita Tuhan sudah membenarkan kita sebelum kita berbuat dosa.
Kini apa yang seharusnya kita lakukan sebagai anak-anak Allah:
1. Belajar untuk berkata jujur: Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat. Gampang? Susah banget. Tapi kalian lebih suka dibohongi atau sakit karena kejujuran? misalnya dengan orang tua atau teman, apakah kalian suka dibohongi? Kaka rasa ga ada seorangpun di dunia yang suka dibohongi, kalo masih dalam keadaan waras!!! Ya karena hanya orang yang ga waras yang suka dibohongi lihat saja ke RSJ Grogol. Dan bila kita sadar bahwa kita tidak mau dibohongi maka berkatalah jujur seorang kepada yang lain!!
2. karena untuk berkata jujur itu juga bukan hal yang mudah maka kita harus mencari dasar yang tepat agar kita dapat melakukannya bukan karena paksaan tapi dengan kesungguhan. Apa dasar yang tepat? Kasih kita kepada Allah. Kita selalu ingin membahagiakan orang yang kita kasihi kan, baik itu orang tua, sahabat, pacar dan lain sebagainya. Oleh karena itu bila kita sungguh mengasihi Allah maka kita akan melakukan apa yang Ia inginkan untuk kita lakukan termasuk untuk jujur. Bila orang mengatakan, beribu gunung akan kudaki, sedalam apapun laut akan kuselami, kepada kekasihnya, apalagi buat Tuhan kan yang sudah pasti mencintai kita dengan tulus dan setia.
3. MASALAHNYA ADALAH kita kurang mencintai Tuhan, bagaimana caranya untuk da[pat mencintai Tuhan. Tentunya mencintai Tuhan, bagi sebagian kita tidak semudah lagu “Jatuh Cinta” karena Tuhan ga kelihatan. Jadi caranya adalah coba renungkan apa yang sudah Tuhan lakukan bagi kita? Dia mati karena cintaNya , karena bagi dia cintaNya kepada kita sanggup membunuh Dia di kayu salib bagi kita. Beta[pa bahagianya kita seharusnya ada Tuhan yang mau mati bagi kita, mau mengampuni dan membenarkan kita bahkan ketika kita masih melakukan dosa.
4. Oki yang terakhir dan yang terpenting adalah mengandalkan kekuatan Tuhan dalam melakukan perintahNya Karena daging lemah, walaupun Roh memang penurut. Minta Tuhan memelihara hati dan pikiran kita.







Narsisisme
Matius 22:34-40/ 2 Sam 14:25-26, 18:9-10
Apa sih arti narsis?
Dari mana datangnya narsis?
Narsis datang dari legenda Yunani tentang seorang pwmuda yang bernama NARSICUS yang terkenal tampan sekali. Suatu kali Narsicus sedang berjalan jalan di hutan, di pinggiran sungai. Saat ia sedang kehausan ia menghampiri bibir sungai lalu melihat ada sesosok pria tampan yang dipantulkan oleh sungai itu. Ia melihat bahwa laki-laki itu sangatlah elok rupanya. Setiap ia minum di bibir sungai, ia selalu melihat laki-laki yang sama juga berada disana menatapnya. Ia sendiri tidak tahu bahwa laki-laki yang dipantulkan di suangai itu adalah dirinya sendiri. Semakin hari Narsicus semakin jatuh cinta kepada sosok tersebut sehingga ia benar-benar ingin bertemu dengan sosok tersebut. Akhirnya, saking cintannya kepada bayangan dirinya yang terpantul di permukaan sungai itu, Narsicus menceburkan diri ke dalam sungai untuk mencari siapa gerangan laki-laki tampan itu? Dan akhirnya ia mati tenggelam. Dari namanya akhirnya timbulah istilah narsis.
Namun sebenarnya narsis itu apa sih? KBBI menuliskan arti dari narsisisme sebagai, rasa cinta terhadap diri sendiri yang berlebihan (lebayyyy). Atau dengan kata lain narsis adalah perilaku membanggakan diri/ menganggap diri sempurna.
Biasanya narsis ini dilakukan untuk mendapatkan perhatian lebih dari lingkungan atau karena ingin menutupi kelemahan diri. Selain itu orang yang memiliki lingkungan tumbuh yang selalu mengucilkan dirinya, atau selalu menganggap dirinya rendah dan tidak berguna, dapat juga menjadi orang-orang yang narsis pada masa remaja atau pemudanya. Oleh karena itu sifat narsis biasanya keluar pada masa remaja. Kenapa?
1. karena remaja adalah masa dimana seseorang butuh pengakuan di dalam hidupnya. Dari yang biasanya cuma dianggap anak ingusan yang tidak punya hak suara di rumah maupun di masyarakat, ingin membuktikan dirinya eksis bagi komunitas.
2. Karena masa remaja adalah masa pembentukkan jati diri. Di masa ini seseorang akan menentukan ia mau jadi apa, dikenal sebagai orang yang bagaimana. Misalnya dikenal sebagai orang yang pandai bermain musik atau pandai bernyanyi.
Narsis ini ternyata juga dapat timbul dalam berbagai aspek kehidupan loh, termasuk kehidupan beragama. Pernah ga kita menjadi remaja yang narsis terhadap agama dan kepercayaan yang kita anut. Misalanya menganggap diri paling benar, paling diberkati, paling berhak mendapatkan keselamatan, dan lain sebagainya… wah narsis yang begitu juga bahaya loh, jadi ternyata narsis bukan hanya terjadi dalam pribadi namun juga dapat terjadi dalam suatu kelompok, yah salah satunya adalah kelompok keagamaan.
Ciri-ciri orang yang narsis adalah:
1. merasa lebih penting dan lebih besar dari orang lain: tentu bukan karena ia memang lebih penting atau lebih besar tapi karena ia memang ingin orang lain memandang, memuji dia.
2. memiliki fantasi setinggi langit. Bukan berarti kita tidak boleh memiliki cita-cita setinggi langit, yang membahayakan ketika kita mencita-citakan untuk sesuatu yang benar-benar mustahil terjadi.
3. merasa memiliki status lebih tinggi dari orang lain. Lebih cantik, lebih ganteng
4. butuh pengakuan yang berlebihan
5. cenderung manipulatif dan mengeksploitasi orang lain untuk kepentingan dirinya sendiri
6. nggak bisa berempati dengan orang lain
7. selalu arogan, atau mementingkan kepentingan atau keinginannya sendiri, dan menganggap kepentingan yang lain tidak perlu diperhatikan.
Sebenarnya mencintai diri sendiri itu salah ga sih?
Matius 22: 39 mengatakan bahwa mencintai diri itu ga salah. Karena mencintai diri adalah sesuatu yang manusiawi dan wajar. Orang yang tidak bisa mencintai dirinya sendiri, tidak akan pernah dapat mencintai orang lain. Kenapa? Karena ia sebenarnya tidak tahu bagimana rasanya dicintai dan bagaimana harus mencintai. Yesus mengatakan: “ kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” dan bukan “kasihilah dirimu sendiri seperti engkau mengasihi sesama manusia”. Oleh karena itu menjadi Sesutu yang wajar ketika manusia belajar mencintai dirinya sendiri. Dan setiap orang harus mencintai dirinya sendiri. Mencintai diri disini bukan berarti egois, bukan juga brarti mengutamakan diri sendiri, pokoknya gue…. Yang lain mah belakangan aja...
Cinta disini mengunakan kata agapeis, yang artinya unconditional love atau cinta yang tanpa pamrih, cinta yang diberikan tanpa mengenal kondisi apapun termasuk ketika kita mencintai diri kita sendiri. Mencintai diri berarti:
1. menerima diri sendiri apa adanya, menerima diri dengan segala kelemahan dan kelebihan.
2. Menerima disini juga bukan berarti menerima yang pasif, ya udah gini aja wong uda diciptainnya gini?, bukan menerima yang pesimis. Tapi menerima yang aktif yaitu terus mengembangkan diri mengembangkan kelebihan yang Tuhan kasih untuk kita gunakan.
3. Mencintai diri juga terutama melihat diri sebagai sebuah ciptaan yang utuh dan yang berharga.
Dan bila kita sudah bisa mencintai diri dengan ‘benar’ maka kita akan mampu juga mencintai sesama manusia dengan benar, yaitu dengan menerima semua manusia dengan segala kelemahan dan kelebihannya, menerima perkembangan diri dari sesama kita, dan tentunya mencintai mereka sebagai ciptaan Allah yang utuh dan berharga juga dimata Allah.
Narsis menjadi sesuatu yang salah karena
1. yang kita lakukan bukan pada batas sewajarnya, namun berlebihan. Segala sesuatu yang berlebihan tidak akan membawa hal yang baik bagi kita. Sama seperti ketika kita makan atau minum kebanyakan. Atau minum obat kebanyakan dan tidak mengikuti dosis yang telah ditentukan oleh dokter bagi kita untuk diminum. Mencintai diri adalah baik adanya. Tapi bila itu dilakukan secara berlebihan maka akan menjadi hal yang buruk bagi diri kita. Kita menjadi orang-orang yang tidak tahan kritik, yang selalu melihat kritik sebagai sesuatu yang membahayakan dan merusak diri kita, tidak menyadari bahwa kita memiliki kelemahan yang pada akhirnya dapat menghancurkan kita.
2. saat kita mencintai diri dengan berlebihan maka cinta itu membuat kita terpaut hanya dengan diri dan kebutuhan diri sendiri. Kita menjadi orang yang lupa dengan keberadaan orang lain apalagi Tuhan. Sama yang kelihatan aja susah untuk sayang apalagi sama yang ga keliatan kaya Tuhan?
Nah sekarang gimana caranya supaya kita ga narsis?
1. bersyukur. Maz 139:14 “ Aku bersyukur kepadaMu karena kejadianku dashyat dan ajaib, ajaib apa yang Kau buat dan jiwaku benar-benar menyadarinya” Yups kita patut bersyukur dengan segala yang telah Tuhan jadikan dalam diri kita. Baik itu dengan hidung yang pesek, mata yang sipit, itu semua baik loh di hadapan Tuhan, sempurna. Kita tidak menjadi orang yang tidak berharga di mata Tuhan ketika kita memiliki hidup pesek ata mata sipit kan?
2. berbesar hati. Berbesar hati bila memang ada orang lain yang munkin lebih dari kita. Bukan berarti kita menjadi tidak berharga ketika ada orang yang lebih bisa mengerjakan matematika dibanding kita. Setiap orang dijadikan unik dan hanya satu. Saya tidak bisa berkata bahwa suatu saat saya akan menggantikan seorang Eka Darmaputera, karena memang saya bukan dia. Saya adalah saya yang Tuhan jadikan memiliki keunikan dan kelebihan tersendiri. Tentu berbesar hati disini bukan nrimo aja tanpa mengembangkan diri seperti orangt yang diberikan 1 talenta, yang pada akhiranya mengubur talentanya itu.
3. berkaca diri, alias jangan takabur merasa diri mulia, angkuh, sombong. Kita memang sempurna adanya. Tuhan menjadikan kita dengan sangat baik. Tapi ingat kita masih dalam kuasa daging! Dan daging itu lemah! Jadi kita sebagai manusia yang sempurna di hadapan ALLAH tetaplah manusia yang memiliki kelebihan dan kekurangan. Setiap manusia punya kelebihan dan kekurangan. Itu yang membuat kita sama sama dikatakan manusia dan bukan dewa atau Tuhan. Disitulah Tuhan menuntut kita untuk dapat mengasihi sesama seperti kita mengasihi diri kita sendiri.
Dan tentunya jangan kita melupakan Tuhan. Karena mengasihi Tuhan Allah kita adalah yang pertama dan utama. Karena Tuhan menjadikan kita luar biasa. Tuhan yang memberikan kita kesempatan untuk menjadi manusia yang luar biasa dalam hidup kita. Oleh karena itu mengasihi Tuhan sudah seharusnya kita letakkan di tempat yang paling utama dalam kehidupan kita. Amin..

SEMUA ADALAH IDEA


SEMUA ADALAH IDEA

I. Riwayat Hidup Plato
Plato dilahirkan di Athena pada tahun 427 s.M. dan meninggal di sana pada tahun 347 s.M. pada usia 80 tahun. Dia berasal dari keluarga bangsawan yang kehidupan keluarganya berpengaruh dalam politik Athena. Dia memiliki banyak keahlian diantaranya senam, mengarang, menyatukan dan ilmu, dan filosofi. Sekitar tahun 387 s.M. Plato mendirikan sebuah sekolah filsafat yang bernama Akademia.
Cara Plato mengajar ialah berjalan-jalan di kebun: juga dalam mengajar seperti itu ia teruskan system dialog, bersoal-jawab sepeti yang dikemukakan Sokrates. Plato memiliki banyak tulisan yang berbentuk dialog dan belum lagi dihitung yang berbentuk puisi dan surat.

II. Ajaran Tentang Idea
Idea berasal dari kata bahasa Yunani, yaitu Wid yang berarti melihat dengan menggunakan mata kepala, menatap dengan mata batin, dan mengetahui.
Pandangan filosofi Plato yang paling menarik adalah pendapatnya tentang idea. Plato berpandangan bahwa dunia ini terbagi menjadi dua dunia, yaitu dunia yang tebuka untuk logika kita dan dunia yang terbuka bagi pancaindera kita. Dunia pertama terdiri dari Ide-ide dan dunia kedua adalah dunia jasmani. Pada awalnya, idea itu hanya dipandang sebagai teori logika saja tetapi meluas menjadi pandangan hidup, menjadi dasar umum bagi ilmu dan politik sosial, dan mencakup pandangan agama.
Plato menganggap bahwa idea bukan hanya sebagai pengertian jenis, tetapi dianggap merupakan bentuk dari yang sebenarnya. Idea yang timbul bukan berasal dari dari pikiran saja, tetapi timbul dari sebuah realita yang tejadi di dunia. Pendapat Plato dan Parmenides memiliki kesamaan mengenai dunia. Dalam pendapatnya kedua tokoh tersebut menganggap bahwa dunia tidak bertubuh dan adanya yang satu, kekal, dan tidak berubah-ubah. Dunia yang bertubuh adalah dunia yang terlahir, di dalamnya terdapat barang-barang yang dapat dilihat oleh mata dan dapat disentuh oleh fisik manusia yang pastinya dapat berubah-ubah menurut waktunya dan berpindah tempat. Dunia yang tidak kelihatan dan dunia yang tidak bertubuh adalah dunia idea. Dunia yang bertubuh adalah dunia yang dapat diketahui dengan pandangan dan pengalaman. Dalam dunia yang bertubuh semua unsur yang ada di dalamnya dapat berubah bentuk dan berpindah tempat. Di dunia yang bertubuh tidak ada unsur yang sifatnya kekal. Belum cukup jika hanya menggunakan pandangan dan pengalaman hidup. Berhadapan dengan hal itu di dunia yang tidak bertubuh daripada idea, yang lebih tinggi tingkatannya dan yang menjadi obyek dari pengetahuan pengertian. Obyek tersebut tidak akan berubah bentuk dan akan menetap di dalam dunia ide, jika pengertian yang diberikan tepat kepada tujuannnya. Idea merupakan sumber dari pengertian yang sebenarnya.
Ide hanya dikenal oleh rasio, misalnya ide “segitiga”, Ide “manusia”, dan lain sebagainya. Dalam pikiran kita segitiga hanya ada satu tetapi dalam kenyataannya kita dapat berjumpa dengan banyak hal yang berbentuk segitiga.
Menurut Plato, pada awalnya jati diri atau jiwa manusia hidup di dunia idea-idea atau surga dan dunia itu juga dari dunia fana. Apabila dari awal keberadaan kita di dunia ini menganggap bahwa dunia ini adalah fana, maka secara langsung pandangan itu akan terbawa. Seseorang akan memandang dengan batinnya bahwa idea-idea sempurna dan abadi. Misalnya : idea tntang kebaikan, kebenaran, keindahan, keadilan, dan juga idea tentang manusia atau kuda.
Ketika melihat seekor kuda yang bagus, penglihatan itu hanya membuat pengetian yang menarik yang sebenarnya tetapi tidak seluruh gambar muncul. Pemahaman yang baik itu muncul bukan karena gambar dinilai bagus. Menurut Plato, semua yang dilihat dan dipandang apapun penilaiannya baik buruk maupun baik dan di pandang idea, itu semua ideal dan cita-cita. Idea keindahan merupakan idea yang tertinggi. Idea yang tertinggi merupakan suatu bentuk dari bayangan dari dunia nyata. Pandangan dari cahaya yang indah itulah yang membuat jiwa manusia takjub dan ingin kembali ke dunia asal. Yang indah menjadi penghubung yang bekerja kuat antara dunia yang tidak terlihat dan dunia yang lahir.
























KESIMPULAN

Plato menganggap bahwa semua yang di dunia ini hanyalah idea. Dunia ini terbagi menjadi dua, yaitu dunia idea dan dunia jasmani. Dunia idea berada di dalam pikiran kita dan dunia jasmani berada di dalam kehidupan kita sehari dalam tindakan dan praktek-praktek. Dua dunia ini merupakan satu-kesatuan yang saling berhubungan erat.
Dunia idea dan dunia jasmani memiliki hubungan tetapi tidak dapat disatukan. Seperti contoh: kita menganggap Tuhan adalah sebuah idea. Idea yang timbul dalam alam pikiran manusia saja. Hal itu tidak bisa kita samakan, karena Tuhan bukan berasal dari pikiran dan juga bukan pengetahuan kita. Tuhan berasal dari iman kita.




















Daftar Pustaka

Bertens, K. 1998. Ringkasan Sejarah Filsafat, Jakarta: Kanisius
Hatta, Mohhamad. 1982. Alam Pikiran Yunani, Jakarta: Tintamas
Sutrisno, FX. Mudji. 1992. Para Filsuf Penentu Gerak Zaman, Jakarta: Kanisius.