Rabu, 30 Juni 2010

Khotbah 13 Juni 2010 HKBP Ambarawa


Khotbah 13 Juni 2010 HKBP AmbarawaBagikan
Hari ini jam 22:51 | Sunting Catatan | Hapus
Khotbah 13 Juni 2010 HKBP Ambarawa
Yoel 1:8-20
Untuk kita dapat memahami kisah ini kita perlu terlebih dahulu latar belakang dari kitab ini. Yoel ini merupakan nabi ibadat yang terkait dengan kelompok bait kudus di Yerusalem, tapi yang uniknya dia tidak pernah menamai dirinya dengan iman. Latar belakang dari tulisan kitab Yoel ini adalah ketika masa pembuangan. Dan kalau kita liat dari ayat 1 kitab Yoel ini dimulai dengan keadaan kacau yaitu tulah belalang dan bisa kita pastikan kembali bahwa hal tersebut terjadi lagi-lagi karena bangsa Israel berpaling dari Allah yang mereka sebut dengan Yahwe.
Yoel, yang berarti ”YAHWEH adalah Allah.” Nama ini sesuai dalam pandangan pesan atas Yoel, yang menyerahkan tekanan kepada Allah sebagai Satu-satunya yang berkuasa yang memiliki semua ciptaan dan bangsa-bangsa dibawah kekuasanNya dan yang mengatur sebagai sang Allah atas Sejarah
Yoel menggunakan masa kekeringan yang sedang terjadi dan wabah belalang yang menyerang Yehuda tanpa peringatan sebagai suatu sasaran pelajaran untuk memperingatkan akan suatu invasi di masa datang atas Israel saat Hari YAHWEH. Dalam waktu yang sangat singkat, dalam hitungan jam, tiap bagian sayuran dikupas sampai habis. Jika bangsa itu akan bertobat dan kembali kepada Tuhan, Allah akan mengembalikan hubunganNya dengan mereka dan memberkati mereka. Ini adalah benar dalam situasi sejarah dimana Yoel sedang menulis dan akan menjadi benar kapan saja di kemudian hari.
Untuk berkat yang besar dan pemulihan yang dijanjikan oleh Yoel agar terjadi, bangsa Yahudi akan harus mengalami penghakiman akan masa kesengsaraan dan pencurahan akan Roh Allah. Gabungan inilah yang akan menyebabkan mereka kembali kepada Tuhan.
Akibat dari tulah belalang tersebut mendorong agar adanya ibadat khusus untuk menanggapi kekacauan tersebut. Dan ayat kita hari ini mengisahkan ajakn untuk meratap. Kalau kita baca lagi ayat 5-14 ditunjukkan kepada anggota jemaat yang merasakan kengerian akibat tulah dan ada 4 kelompok jemaat yang diajak untuk meratapi dengan mengadakan ibadah khusus yaitu
1. Peminum anggur (ayat 5-7), disuruh menangis dan meratap
2. Kelompok yg k2 tidak disebutkan secara khusus, tapi mungkin dapat di tujukkan kepada seluruh jemaat untuk meratap.
3. Pekerja ladang dan pemeras anggur, di suruh malu dan meratap karena kerja mereka sia-sia, panen gagal, pohon anggur kering dan merana, karena tanah kerap kali dikaitkan dengan tanda berkat Tuhan, dan kegembiraan telah lenyap diantara jemaat
4. Para imam, didorong untuk melilitkan kain kabung, menangis meratap, dan di ayat 14 di sebutkan liturgy resmi ratapan dilaksanakan dalam rumah Tuhan, Allahmu
Saudara-saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus kalau kita mengikuti peristiwa-peristiwa akhir-akhir ini, peristiwa demi peristiwa, sepertinya kesulitan demi kesulitan tidak pernah berhenti menerpa kehidupan kita, bahkan intensitasnya semakin tinggi dan beragam. Berbagai kasus belum terselesaikan – kasus lain sudah muncul, akibatnya kehidupan ditindih dan dililit kasus, dan apa yang digambarkan dalam kitab Yoel hampir sama apa yang sedang kta alami saat ini, memang yang saat ini kita hadapi bukan lagi tulang belalang tapi seperti yang saya paparkan di atas beragam peristiwa yang menyedihkan yang terus menghampiri kita, cita-cita untuk hidup sejahtera dan makmur – kekuatannya semakin lemah, bahkan menjadi pengharapan yang mengecewakan. Disamping itu fenomena alam terakhir-terakhir ini sepertinya kurang bersahat dengan kehidupan bumi ini: cuaca ekstrim sering terjadi, dan berbagai fenomena alam lainnya menambah sulitnya kehidupan. Para petani mengeluh dan mengerang karena gagal panen akibat banjir menghanyutkan tanaman; tanaman produktif tidak bertunas karena hilangnya mata air dan kekeringan; bangunan infra-struktur rusak akibat gempa datang secara tiba-tiba. Disamping itu pertikaian horizontal, tindak kekerasan, dan anarkis sepertinya “terpelihara”. Semua keadaan atau peristiwa ini membuat kita resah dan gelisah, kehilangan rasa tenteram dan damai, susah dan menderita.
Saudaraku! Apa yang harus kita lakukan? Adalah arif dan bijaksana bila kita berdiri kini dan di sini bukan mengeluhkan keadaan, terlebih mempersalahkan orang lain, namun merubah paradigma berpikir dan bersikap dari “problem maker” menjadi “solution maker”, dari ideologi destruktif menjadi konstruktif. Kehadiran kita masuk dalam peristiwa bukan untuk mengeluhkan baik dan buruknya peristiwa, namun bagaimana kita meresponse atau memaknai setiap baik dan buruknya peristiwa. Itulah makna kehadiran kita di bumi ini. Dalam konteks spritualitas insaf diri adalah nilai absolute yang harus dimenangkan. Adanya pengenalan akan diri bukan sebagai pemilik kehidupan, namun sebagai insan titipan pemelihara akan hidup. Pemilik satu-satunya kehidupan adalah Tuhan yang kepada-Nya semua insan titipan bersembah sujud untuk memelihara gerak hidup. Keberdosaan kita yang paling besar adalah sering kali menganggap dan menjadikan diri sebagai pemilik kehidupan, serta memposisikan diri sebagai Tuhan dan menjadikan Tuhan sebagai pemberi pertanggungjawaban akan gerak hidup. Celakanya kita di sana…!
Oleh sebab itu insaf dirilah… bangunlah tobat diri, dan merespon panggilan Allah karena hanya dengan cara itu hidupmu akan dipulihkan Tuhan.
Saudara-saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus dalam Almanak HKBP kita, minggu saat ini berjudul Jou-jou tu Jahowa, jika kita kaitakan tema minggu kita saat ini dengan nats kita, yang ingin disampaikan adalah walaupun kita selalu dihadang masalah tetap kita harus mencari Allah, tetap memanggil dan mencari Allah dan yakinlah Allah sumber dari hidup kita seperti ada lagu yang syairnya seperti ini, “Cari dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya akan di tambahkan kepadamu” dan untuk menutup khotabah di minggu ini saya akan memberika ulistrasi singkat mengenai bagaimana kita mencari Allah
Para turis jarang mendapatkan foto yang bagus. Mereka jarang berusaha untuk pergi ke tempat yang tepat di waktu yang tepat untuk mendapatkan sudut pandang cahaya yang tepat, dalam kondisi cuaca yang tepat. Untuk mendapatkan gambar pemandangan yang bagus, seorang fotografer profesional dengan saksama mengamati pemandangan dari berbagai sudut yang berbeda, selama musim-musim yang berlainan, dan pada jam-jam yang berbeda pula.
Ini membuat saya bertanya-tanya, jangan-jangan alasan mengapa sebagian orang tidak memiliki gambaran yang jelas mengenai keindahan dan kemuliaan Allah adalah karena mereka terlalu cepat menilai. Mereka sampai kepada kesimpulan yang salah mengenai Allah
Pencarian akan Allah tidak bisa dilakukan secara sambil lalu. Raja Daud memberi tahu Salomo anaknya, “Jika engkau mencari Dia, maka Ia akan berkenan ditemui olehmu” (1 Tawarikh 28:9). Pemazmur berkata, “Berbahagialah orang-orang yang ... mencari Dia dengan segenap hati!” (Mazmur 119:2). Dan penulis kitab Ibrani menulis bahwa Allah memberi upah kepada “orang yang sungguh-sungguh mencari Dia”
Untuk melihat dan mengenal Allah dalam kepenuhan dan kemuliaan-Nya, kita tidak bisa melakukan pendekatan seperti turis. Kita harus terus mencari-Nya dengan segenap hati, dan Untuk mencari Allah kita harus mencarinya dan memanggil Nya
Amin.

Minggu, 28 Februari 2010

Khotabah 31 Januari 2010

Mazmur 128:1-6
Hidup yang Takut akan Tuhan
Sesuai dengan tema minggu kita pada hari ini, maka saya pun mengangkat tema/judul hidup yang akan takut akan Tuhan.
Pembacaan kita pada minggu ini dari Mazmur 128:1-6, sebelum kita membahas lebih dalam, saya terlebih dahulu memperkenalkan kitab Mazmur kepada kita semua. Kita barang kali sudah sering kali dan berulang kali mendengarkan kitab Mazmur. Tapi apakah mazmur itu? Dalam PL terdapat tiga bagian yaitu Thora yang artinya Taurat, Neviim yang artinya Nabi, dan yang terakhir Ketuvim yang artinya tulisan-tulisan dan Mazmur masuk dalam bagian Ketuvim atau yang disebut dengan kitab-kitab atau tulisan-tulisan. Mazmur sendiri merupakan kitab yang bersifat puitis dan historis. Bagi orang Israel kitab Mazmur sendiri digunakan sebagai nyanyian-nyanyian di bait Allah dan sering kali disebutkan bahwa Daud merupakan pengarang dari kitab Mazmur, dan seperti saya jelaskan di atas bahwa Mazmur adalah mazmur yang berisi nyanyian-nyanyian dan pujian maka Mazmur di bagi menjadi 10 jenis yaitu Mazmur pujian, Mazmur ucapan syukur, Mazmur yang memuji Yahwe sebagai Raja, Mazmur Raja Israel, Mazmur Ratapan, Mamur Ziarah, Mazmur Sejarah Israel, Mazmur Taurat, Mazmur Kemenangan, dan Mazmur Berkat dan Kutuk. Itulah sedikit penjelasan mengenai Mazmur.
Dan Mazmur 128 ini merupakan sebuah pernyataan iman bahwa Allah yang selalu dapat dipercaya dan benar akan selalu memberkati mereka yang menunjukkan hormat. Takut akan Tuhan tidak hanya berarti rasa takut akan ketaatan terhadap sejumlah perintah, melainkan cara hidup seperti yang di tulis di ayat 1b, melainkan yang menempat Allah di atas segala-galanya. Seperti yang ditunjukkan di ayat 1 Alkitab kadang-kadang mendramatisasi hidup manusia sebagai dua jalan yaitu jalan orang benar dan jalan orang sesat/ fasik dan masing-masing orang harus memilih dari dua jalan tersebut mana yang yang harus di pilih. Seperti teks lagu ketika kita masih sekolah minggu, teks itu menuliskan:
“ di dalam dunia ada dua jalan, lebar dan sempit mana kau pilih, yang lebar api, jiwa mu mati, tapi yang sempit hidupmu senang”
Dan di ayat 2-4 menggambarkan konsekuensi-konsekuensi dari dua jalan Tuhan; mempertinggi mutu hidup dalam hidup keluarga. Yang dimaksud adalah pria dewasa, yang biasanya mengepalai rumah tangga dalam dunia alkitabiah dan orang Israel tersebut seperti orang Batak, bahwa garis keturunan nya bersifat patrilineal. Dalam ayat 5-6, pembicara, barangkali seorang imam dari petugas kenisah, memperluas berkat dari rumah tangga kepada seluruh umat Israel, termasuk generasi yang akan datang atau generasi sekarang.
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan Takut akan Tuhan? Dalam kamus Alkitab, kata takut dalam arti “perasaan takut” dan saya mendefinisikan takut adalah tunduk, tulus hati melayani yang dapat kita artikan bekerja untuk Tuhan. Berangkat dari takut tersebut maka Takut akan Tuhan dapat kita definisikan sebagai hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya.
TAKUT AKAN TUHAN Arti pertama dari takut ini adalah sikap hormat, takjub, mengagumi akan Tuhan dan segala karyaNya baik itu berupa keselamatan maupun akan dunia ciptaanNya.Dari sana berangkat pujian, penyembahan dan ibadah.
Arti kedua dari takut yang dimaksud adalah perasaan gentar berhadapan dengan Allah yang Maha Kudus yang membenci dosa. Berangkat dari sana kita menghindari dosa ,mewujudkan hidup kudus dan lebih luas lagi selalu mengusahakan untuk menyelaraskan hidup ini sesuai dengan kehendak dan Firman Tuhan.
Amsal 15:3 mengatakan:”Mata Tuhan ada disegala tempat, mengawasi orang jahat dan orang baik.” Sejiwa dengan itu ada ucapan dalam bahasa latin yang mengatakan: “Coram Deo” artinya kita hidup dihadapan hadirat Allah. Karena hidup dihadapan Allah dimanapun kita berada maka kita diajak untuk takut kepada Tuhan dalam bentuk hormat, takjub,pujian, ibadah, menghindari dosa dan menyelaraskan hidup sesuai dengan Firman Tuhan. Buang takut yang negatif dan merusak kesehatan jiwa, lalu bersamaan dengan itu kembangkan takut yang positif, takut kepada Tuhan yaitu takut yang membawa berkat.
Minggu ini disebut dengan septuagesima, yang artinya tujuh puluh hari menjelang kebangkitan. Persiapan yang mulai dilakukan untuk memasuki masa-masa pra-Paskah, Paskah, yang merupakan rangkaian peristiwa kebangkitan Yesus dari alam kubur. Makanya dalam Alkitab bahasa Batak dituliskan Hanangkok yang menggambarkan keadaan bangsa Israel bersama-sama naik ke atas ke kota Yerusalem untuk bersama-sama merayakan paskah.
Salah satu persiapan yang perlu dilakukan adalah yang berhubungan dengan keluarga, persisnya hubungan antara suami, isteri, dan anak-anak. Dalam artian, bagaimana masing-masing pihak memahami posisinya di tengah-tengah keluarga dengan cara bersikap yang tepat terhadap anggota keluarga lainnya. Sesuai dengan Epistel kita minggu ini dari Kolose 3:18, 4:1 akan tetapi dalam penafsiran kita semua sering salah penafsiran di Kolose 3:18 sering kali kita menafsirkan bahwa seorang suami dapat semena-mena terhadap istrinya, akan tetapi kita juga harus melihat di Kolose 3:19 bahwa seorang suami harus mengasihi istrinya dan janganlah berlaku kasar terhadap dia(istrinya). Akan tetapi ayat tersebut harus kita hubungkan dengan Efesus 5:22-25 bahwa seorang suami harus menyayangi istrinya sama seperti menyayangi Tuhan seperti hukum kasih yang pertama, “Kasihilah Tuhan Allahmu seperti engkau mengasihi dirimu sendiri” dan seorang istri harus taat kepada suaminya sama seperti taat kepada Tuhan. Dan menjadi orang tua harus berlaku adil, mengasihi, jujur seperti di Kolose 3:21 disebutkan bahwa, “hai Bapa-bapa janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya dan sebagai anak harus seperti yang disebut di Amsal 1:8 bagaimana di sebutkan bahwa seorang anak harus mendengarkan didikan ayahnya, dan jangan menyianyiakan ajaran ibumu. Oleh sebab itu di Amsal 3:23 disebutkan bahwa apapun posisimu baik sebagai suami, istri, orang tua, anak, tua dan hamba apapun yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan, dan bukan untuk manusia. Karena keluarga adalah gereja kecil
Oleh sebab itu dapat kita simpulkan bahwa Ketaatan akan Tuhan dapat dijabarkan menjadi 2 penjabaran yaitu secara sifat dan Iman. Hidup Takut akan Tuhan yang pertama adalah takut yang positif dalam arti tunduk seperti dalam bahasa Yunani adalah Piss Theo, yaitu saya taat. Yang kedua takut yang mengasihi Tuhan dengan segenap hatimu dan kedua itu disimpulkan dengan Ketaatan secara sifat. Dan ketaatan yang kedua adalah Iman yang dalam arti mempercayai Allah sebagai Tuhan dan Iman menjadi bukti dari yang tidak kita lihat. Akan tetapi muncul berbagai pertanyaan mengapa harus iman? Jawabanya adalah karena, menurut Firman Tuhan sendiri, inilah ”denyut jantung” seluruh kekristenan kita. Mengapa Iman di analogikan seperti denyut jantung? Seperti tubuh kita. Minus ”denyut jantung”, bisa saja kita mengenakan pakaian raja-raja, berbaring di atas ranjang kencana, dikawal sepasukan tentara, dan dengan jasad nampak utuh sempurna. Namun tanpa-nya? Kita tanpa jantung tak berarti apa-apa. Oleh sebab itu betapa sentralnya Iman tersebut pada ke Kristenan kita. Oleh sebab itu takut akan Tuhan jika menggunakan iman akan menjadi saya yakin atau bahasa Yunani nya disebut Sole Fide. Bahkan Yesus sendiri berkata bahwa, “manusia dibenarkan karena iman dan bukan karena melakukan hukum taurat.”
Dan di akhir renungan kita minggu ini maka kita menyimpulkan bahwa hidup yang takut akan Tuhan adalah dengan ketaatan yang postif dan dengan Iman
Amin.