Kamis, 29 Oktober 2009

Relevankah Perjamuan Kudus dilakukan di Liturgi HKBP saat Jumaat Agung?

Relevankah Perjamuan Kudus dilakukan di Liturgi HKBP saat Jumaat Agung?

1. Pendahuluan.
1.1 Latar Belakang.
Kebaktian Jumaat Agung bukan lagi hal yang baru dalam Liturgi HKBP, sejak HKBP berdiri pada tanggal 7 Oktober 1861 , sudah berulang kali dilaksanakan kebaktian Jumaat Agung, akan tetapi ketika penulis mengikuti beberapa ibadah Jumaat Agung di beberapa gereja HKBP, penulis melihat bahwa HKBP melakukan Perjamuan Kudus pada Liturgi Jumaat Agung. Ketika penulis mengikuti mata kuliah Liturgi 1, Dosen Pengampu mata kuliah Liturgika mengatakan bahwa, “Pada dasarnya Perjamuan Kudus dilakukan pada perayaan Paskah bukan pada saat Jumaat Agung, karena Perjamuan Kudus merupakan ucapan syukur bukan peringatan kematian.” Oleh karena itu, untuk menyelesaikan tugas Akhir mata kuliah Liturgika 1, penulis memilih topik, “Relevankah Perjamuan Kudus dilakukan di Liturgi HKBP saat Jumaat Agung?”.
1.2 Perumusan Masalah.
Dalam menyelasaikan tugas akhir pada mata kuliah Liturgi 1, maka perumusan masalah pada peper ini maka penulis dalam isi akan menjelaskan penjebaran mengenai Perjamuan Kudus, penjabaran mengenai Jumaat Agung dan teologi HKBP mengenai perjamuan Kudus beserta liturgi HKBP.



1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan.
Tujuan dan manfaat dari penulisan ini selain menyelesaikan tugas akhir dari mata kuliah Liturgika, penulis berharap dapat berguna bagi diri sendiri bahkan bagi jemaat HKBP agar mengetahui sedikit arti dan makna Perjamuan Kudus.
2. Isi
2.1 Makna Perjamuan Kudus.
"Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!" Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!" Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang." 1 Korintus 11:23-26
Dari ayat diatas dapat disimpulkan menjadi Peringatan Akan Tuhan YESUS Kristus
Saat kita makan tubuh dan darah Kristus, maka disebut dengan anemesis atau mengenang kembali Yesus.
Perayaan Perjamua Kudus merupakan penggenapan secara Injiliah dari Ibadah Kurban dalam Bait Allah yang ditetapkan oleh Hukum Taurat Musa. Perjamuan Tuhan adalah merupakan sakramen. Di dalamnya kematianNya seperti tertulis di 1 Korintus 11:23-26 menceritakan dengan cara memberikan dan menerima roti dan anggur, bukan dengan cara badaniah dan jasmani, melainkan melalui iman. Dengan demikian mereka diberia makan secara rohani dan bertumbuh dalam anugerah.
Perjamuan Kudus bukan hanya pesta peringatan, akan tetapi “Orang-orang yang menerima sakramen itu dengan cara yang layak, dan yang turut mengambil bagian dalam unsur-unsur kelihatan sakramen ini (1 Kor 11:27-29; 2 Kor 6:14-16), dengan demikian, secara batin, melalui iman, sungguh-sungguh & secara nyata, namun tidak secara badaniah & jasmani,tetapi secara rohani. “Worthy receivers, outwardly partaking of the visible elements, in this sacrament, do then also, inwardly by faith, really and indeed, yet not carnally and corporally but spiritually, receive, and feed upon, Christ crucified, and all benefits of his death.”
Akan tetapi Perjamuan Kudus ternyata tidak diberikan kepada semua anggota jemaat, akan tetapi dibagikan hanya kepada “orang dewasa, yang sudah mampu menguji diri.”atau mereka yang sudah sidi atau disebut katekhisasi (Anak-anak Perjanjian atau disebut covenant diharuskan membuat pengakuan iman pada Kristus di depan umum
Hal ini dilakukan oleh beberapa gereja agar menjaga kesucian sakramen dengan membagikannya hanya pada orang yang berhak (1 Korintus 11:27-32). Dan bukan hanya yang belum menerima sidi tetapi Jemaat yang tidak boleh menerimanya jika hak keanggotaan mereka sedang dicabut atau mereka menolak berdamai dengan saudaranya.
Akan tetapi Perjamuan Kudus dalam Alkitab ada beberapa jenis yaitu perjamuan dalam masyarakat asli, perjamuan dalam perjanjian lama, dan perjamuan pada jaman Yesus.
Bagi masyarakat asli, perjamuan merupakan lambang persatuan dan persaudaraan antara manusia dengan sesamanya, oleh sebab itu menurut G.Van der Leeuw bahwa kebiasaan makan bersama yang sering dilakukan bersama keluarga merupakan warisan dari perjamuan masyarakat asli.
Bagi masyrakat perjanjian lama, makan bersama oleh umat Israel adalah symbol yang mengungkapkan persatuan dan persekutuan dengan הוָה אֱ (YAHWE) dan sesama manusia. Bagi umat Israel, makan bersama merupakan tanda eskatologis. Eskatologis yang dimaksud adalah pralambang atau persiapan yang mendahului perjamuan yang disiapkan YAHWE kepada umat segala bangsa.
Dalam perjamuan pada jaman Yesus, kebiasaan makan dan minum Yesus dengan murid-muridnya dapat dibandingkan dengan waktu makan bagi petani-petani, gembala-gembala dan para tukang. Yesus dan murid-muridnya melakukan makan pagi sebelum siang hari dengan menu makanan yang panas dan minum dengan dibuka dan ditutup dengan doa ucapan syukur, dan pada malam Sabbat merupakan makan dan minum yang meriah. Bagi Yesus perjamuan merupakan sesuatu kegiatan yang penting dan sakral karena merupakan pralambang perjamuan abadi dengan perjamuan dalam Kerajaan Allah. Pada Jaman Yesus, diceritakan beberapa kali Yesus menghadiri dan melakukan perjamuan yaitu Yesus dijamu oleh Levi (Markus 2:15-17), Yesus makan dirumah Zakheus (Lukas 19:1-10), dan perjamuan akhir (Matius 26:20-30; Markus 14: 17-26; Lukas 22:14-23; Yohanes 13:1-18; dan 1 Korintus 11:23-25)
2.2 Makna Ibadah Jumaat Agung.
Ibadah Jumaat Agung bagi umat Kristen merupakan ibadah dimana kegiatan yang dilakukan untuk memperingati kematian Tuhan Yesus di kayu salib atau orang Kristen sering menyebutkan bahwa Allah menyerahkan anaknya yang tunggal Yesus Kristus disalibkan untuk menebus dosa manusia. Kadang kala kita sering berfikir mengapa harus mati dalam menebus dosa manusia, mengapa tidak ada cara yang lain? Kematian Yesus dapat disimpulkan sebagai karya penyelamatan Yesus terhadap dosa-dosa manusia. Dalam bahasa Yunani, istilah dei harus dipahami sebagai petunjuk, bukan kepada “takdir yang tak terelakkan”, tetapi “sesuatu yang mutlak perlu dalam keseluruhan misi Yesus. Dari pengertian tersebut merupakan petunjuk pertama bahwa Yesus memandang penderitaan-Nya sebagai bagian dari suatu rencana atau nubuat. Dan jawaban dari “Mengapa Yesus harus mati?” di dalam perjanjian baru memberi dua jawaban.
Yang pertama, didasarkan pada fakta-fakta sejarah yang telah mengakibatkan kematian Yesus. Yang kedua, didasarkan pada pernyataan-pernyataan Yesus tentang diri- Nya sendiri. Tujuan Yesus mati adalah bukan hanya menjadi fakta sejarah yang harus kita terima tetapi juga menjadi fakta pembebasan kita dari kuasa dosa dan si jahat, dan sekaligus menjadi kekuatan yang memungkinkan kita untuk hidup kudus di hadapan- Nya. Kadangkala ada pendapat yang menyatakan bahwa Kristus mati untuk memungkinkan Allah mengampuni orang-orang berdosa, seakan-akan jika tidak menggunakan cara demikian Allah tidak mampu mengampuni kita. Alkitab mengatakan dengan jelas bahwa Kristus benar-benar datang untuk menyelamatkan yang terhilang. Anehnya kematian Kristus bukan untuk memberikan manfaat bagi diri-Nya sendiri. Alasannya, karena Kristus adalah Allah, Ia telah memiliki semua kemuliaan dan kuasa yang dapat Ia miliki. Maka, di penghujung kehidupan-Nya di dunia, Ia tidak meminta kemuliaan lain selain kemuliaan yang telah Ia miliki sebelumnya (Yoh. 17:5). Ia tidak perlu mati untuk mendapatkan manfaat baru lainnya bagi diri-Nya sendiri. Kadangkala muncul pendapat bahwa dengan kematian-Nya, Kristus memperoleh hak untuk menjadi Hakim atas segala sesuatu. Tetapi jika tujuan kematian-Nya adalah demi mendapatkan kuasa untuk menghukum sebagian manusia, maka tidak mungkin Ia telah mati untuk menyelamatkan mereka! Karena itu, dapat kita simpulkan bahwa kematian Kristus pastilah bertujuan untuk memberikan manfaat bagi kita. Kematian Kristus bukanlah supaya Bapa dapat menolong kita, jika Ia menginginkan. Bukan juga untuk mendapatkan beberapa manfaat baru bagi Kristus sendiri. Jadi dapat kita simpulkan bahwa Yesus mati karena Allah sangat mengasihi umatnya manusia dan untuk menebus dosa-dosa umatnya, Allah menyerahkan anaknya yang tunggal Yesus untu disalib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar