Jumat, 20 Maret 2009

Tafsir Ester 4:1-17

1. Pendahuluan
Kitab Ester merupakan salah satu sekian banyak kitab yang ada dalam Perjanjian Lama. Kitab Ester sangatlah unik sebab dalam kitab Ester nama Allah atau pun nama YHWH tidak ada tertulis. Namun Allah bekerja melalui Mordekhai dan Ester. Dalam kitab Ester konteks keadaan berada di Susa, ibu kota Persia pada musim dingin, bukan di Israel.
Nama Ester berasal dari nama dewa Babilonia yaitu Ishtar. Nama ibraninya adalah Hadasa (Ester 2:7). Dalam bahasa Persia kata Ester berarti bintang. Kejadian pada kitab Ester menceritakan peristiwa yang terjadi pada jaman pemerintahan Ahasyweros, namun dalam Alkitab bahasa Inggris ada dua nama yaitu pada NIV disebut sebagai Xerxes sedangkan pada NKJV disebut sebagai Ahasuerus.
Samapai saat ini belum dapat dipastikan siapa pengarang kitab Ester. Menurut Baba Bathra 15 a yang menulis kitab Ester adalah seorang dari Synagoge. Josephus (Antiquities 11:6:1) berpendapat bahwa Mordekhai adalah pengarang dari kitab ini (bad. Est. 9:20). Pendapat lain mengatakan bahwa Ezra atau Nehemiah yang menulis kitab ini, tetapi berdasarkan bukti linguistik tidak ada kecocokan style dan diksi antara kitab Ester dengan Kitab Ezra atau Nehemiah. Pandangan yang lain mengatakan bahwa seorang Yahudi Persia yang tidak diketahui namanya yang menuliskan kitab ini.
Walaupun tidak diketahui dengan pasti siapa yang menulis kitab ini namun dengan rasio kita dapat menyimpulkan kemungkinan penulis kitab ini adalah (1) seorang Yahudi, yang pro tindakan Yahudi dan mengetahui budaya Yahudi, dan (2) Seorang Yahudi Persia yang menjadi saksi mata kejadian yang terjadi dan sepertinya punya akses terhadap catatan Persia (9:20).11

2. Isi
Dalam Kitab Ester menceritakan mengenai perkawinan antara perempuan Israel yang bernama Hadasa (pohon murd) yang kemudian diganti dengan Ester, nama Persia(bintang) dengan seorang raja bangsa lain. Semasa hidupnya, Ester diurus dan dibesarkan oleh pamanya. Paman Ester bernama Mordekhai sehingga dalam Kitab Ester tokoh sentral dalam narasi ini adalah Mordekhai.
Dalam kitab Ester 4:1-17 merupakan sebuah narasi, dalam narasi tersebut jika dijabarkan dibagi menjadi enam bagian. Enam bagian tersebut adalah Mordekai berkabung (Ester 4:1-3), bagian yang kedua adalah perjumpaan pertama Ester dengan perkabungan Mordekhai (Ester 4:4), bagian yang ketiga adalah Hatah dikirim kepada Mordekhai (Ester 4:5-8), bagian yang ke empat adalah Ester segan untuk taat (Ester 4:9-12), bagian yang ke lima adalah Mordekhai memanaskan keadaan (Ester 4:13-14), bagian yang ke enam adalah Ester menurut dan perintahnya (Ester 4:15-17).
Pada bagian awal Mordekhai ditampilkan dalam keadaan dukacita. Ia menggunakan kain karung menandakan berduka cita, berjalan menuju pintu gerbang istana raja dan bersama semua orang Yahudi turut berkabung. Dukacita yang dimaksud di sini bukanlah dukacita karena kematian seseorang merupakan wujut protes Mordekhai terhadap perlakuan yang tidak adil dari Haman yang ingin memusnakan orang Yahudi. Walaupun wujut protes Mordekhai tidak normal karena Mordekhai berkabung di depan umum daripada berkabung secara pribadi sehingga timbul pernyataan bahwa Mordekhai bukanlah pimpinan diantara orang Yahudi. Jika Mordekhai merupakan pimpinan diantara orang Yahudi maka Mordekhai berkabung secara pribadi darpada berkabung di depan umum. Akan tetapi suatu lempengan tanah liat bertuliskan huruf baji dari Borsippa dekat Babel menyebut Mordekhia sebagai pejabat tinggi istana Susan pada permulaan pemerintahaan Ahasyweros, sebagai bawahan dari Ustannu, wali negara dari Babel dan ‘Daerah di seberang sungai’. Marduka adalah seorang akuntan atau seorang anggota dewan. Marduka ini telah disamakan dengan Mordekhai, yang apabila saran ini diterima, rupanya adalah pejabat penting sebelum tampil dalam Ester. Hubungannya dengan gerbang raja rupanya adalah suatu urusan resmi, dan mungkin kepadanya rupanya dipercayakan kedudukan sebagai penjaga gerbang.
Mordekhai tidak berkabung secara pribadi, tapi didepan umum; sangat terbuka. Mordekai pergi ketengah kota dan ke “gerbang raja.” Dia tidak masuk gerbang, karena terlarang bagi yang berkabung. Raja menjauhkan dirinya dengan kesedihan. Sangat tidak popular menunjukan kesedihan di istananya. Raja abad pertengahan tidak memiliki “tempat berkabung” hanya tempat bergurau.
Ayat tiga tampaknya menjadi pemisah antara ayat dua dan empat. Akan lebih mudah memahami membaca ayat dua lalu langsung ke ayat empat (tanpa membaca ayat 3). Walaupun demikian, ayat tiga tidak dapat dihilangkan karena ayat ini memiliki fungsi tersendiri yaitu sebagai cermin atas tindakan Mordekhai dengan orang Yahudi pada kerajaan yang memerintah saat itu. Selain itu, dalam ayat ini terdapat rujukan bahwa orang Yahudi berpuasa. Hal ini ingin menunjukan bahwa orang Yahudi adalah orang yang taat dan beribadah kepada ALLAH, walaupun dalam kisah ini nama Allah tidak pernah disebut-sebut.
Pada bagian yang kedua menceritakan pertemuan Ester dengan Mordekhai, walaupun dalam bagian yang kedua ini Ester tidak mempelajari mengapa Mordekhai berkabung akan tetapi, Ester membuju /mordekhai agar berhenti berkabung. Ester membujuk Mordekhai berhenti berkabung dengan memberikan pakaian kepada Mordekhai, dengan cara ini Ester berusaha membujuk ayah angkatnya untuk berhenti berkabung.karena Mordekhai menolak pmberian baju dari Ester dan Ester selalu patuh kepada kepada ayah angkatnya (Mordekhai) Walaupun Ester tidak berhasil membujuk Ester karena Mordekhai memiliki pendirian yang sangat keras. Dalam bagian ini timbul suatu pertanyaan, Apakah perlakuan Mordekhai membuat Ester malu sehingga Ester berusaha membujuk Mordekhai berhenti berkabung dengan memberikan baju.
Pada bagian yang ketiga, Ester memanggil seseorang yang bernama Hatah sebagai utusan untuk berbicara kepada Mordekhai. Sehingga di Ester 4:5-8 tidak ada percakapan langsung antara Ester dan Mordekhai, yang ada hanyalah penyampaian pesan Ester melalui utusannya Hatah. Yang mengejutkan di ayat ini adalah Sebelumnya kita tahu, Ester terbiasa mengikuti perintah Mordekai. Kita juga aman berasumsi Mordekai juga terbiasa untuk ditaati, bahkan saat Ester jadi ratu. Maka sangat mengejutkan mendengar respon Ester, yang bisa disingkat dengan satu kata: “tidak!” Kali Ini Ester tidak mau. Dia mengatakan pada Mordekai melalui Hathach bahwa menghadap raja tanpa diperintahkan melawan hukum. Hukumannya adalah kematian, dan kecil kemungkinannya raja menunjukan belas kasihan dengan mengulurkan tongkat dan mengijinkan penyusup hidup. Karena Ester tidak bisa menghadap tanpa diundang, satu-satunya harapan adalah dia diperintah oleh raja. Inilah masalahnya; sudah 30 hari Ester tidak diundang bersama raja. Jawaban apalagi yang bisa diberikan kepada Mordekai selain “tidak” ?
Pada bagian selanjutnya menceritakan bagaiamana Mordkhai memanaskan suasana dengan cara mendesak Ester agar memohon kepada Raja agar mau melindungi bangsa Yahudi. Pada bagian ini ada tiga hal yang ditekan Mordekhai kepada Ester. Hal yang pertama adalah Mordekhai mengingatkan kepada Ester untuk berpikir dengan baik bahwa keputusan dari Haman melibatkan semua orang Yahudi, tidak peduli dimanapun dalam kerajaan. Ester kelihatannya percaya dia aman dan hanya yahudi lain yang bahaya. Dia tidak mau membahayakan diri menghadap raja untuk menolong bangsanya, karena percaya dia aman. Perkataan Mordekhai dibuat untuk menyadarkannya bahwa itu mitos. Jika dia tidak mau mengambil resiko bagi yang lain, maka dia membahayakan diri sendiri. Mordekai ingin meyakinkan Ester bahwa hal paling berbahaya adalah tidak melakukan apapun. Hal yang kedua adalah Mordekhai sangat menekankan kepada Ester bahwa, Ester merupakan satu-satunya harapan bangsa Yahudi. Hal yang ketiga yang ditekankan Mordekhai kepada Ester adalah bahwa keselamatan keluarga Ester ada di tangan Ester. Dari tiga hal tersebut timbul suatu pernyataan bahwa Mordekhai merupakan orang Yahudi yang tidak taat, dan tidak percaya, yang tidak memikirkan Tuhan. Mordekhai sangat khawatir sehingga Mordekhai melihat keselamatan orang Yahudi hasil dari usaha manusia. Jika Mordekhai menyebut Tuhan dalam teks kita. Ester merupakan katu as Mordekai, harapan terakhirnya, kesempatan terakhir orang Israel untuk selamat. Jika dia gagal, semua akan hilang. Dan ini menjelaskan mengapa Mordekhai mengancam Ester bahwa keluarganya akan binasa. Jika keselamatan datang dari tempat lain, maka kenapa Ester mau mati? Sebagai ratu, Ester pasti tidak mati pertama. Peringatan Mordekai adalah dia akan mati terakhir. Jika ini benar, maka semua Yahudi akan binasa, dan tidak ada keselamatan dari manapun. Alasan Mordekai bahwa jika Ester harapan terakhir orang Yahudi, kegagalannya akan menghasilkan kematiannya dan kematian seluruh bangsa.
Dan pada bagian yang terakhir akibat tekanan yang bertubi-tubi dari Mordekhai akhirnya Ester menyerah dan Ester menghadap raja. Sebelum Ester menghadap raja, Ester memberikan perintah kepada Mordekhai agar Mordekhai mengumpulkan seluruh orang Yahudi di Susa dan berpuasa baginya. Jangan ada yang makan atau minum selama 3 hari, siang dan malam. Dia dan pelayannya akan melakukan itu, dan kemudian akan pergi menghadap raja. Dia akan melawan hukum dan mempertaruhkan nyawanya.Yang menarik pada bagian ini adalah bagaimana pernyataan dari Ester untuk membela kaumnya umat Yahudi yaitu, “. . . kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati” (Ester 4:16b). Walaupun dalam pernyataan tersebut Ester tidak berserah kepada Allah akan tetapi dari narasi tersebut jelas Ester terbukti tetap berani. Dia memutuskan untuk melanggar hukum suaminya dan membahayakan hidup bagi bangsanya. Penyertaan Tuhan yang membuat Ester menerima tantangan yang bisa menghilangkan hidupnya, dan pada akhirnya Mordekai menyatakan bahwa dia percaya Tuhan, dan penyertaan Tuhan dalam kehidupan seseorang, dan pengaturan Tuhan atas peristiwa politik dunia walaupun tidak dijelaskan secara detail bagaimana tahap-tahap Mordekhai bisa mempercayai Allah.

3. Relevansi
Dari narasi ini kita diajarkan untuk tetap berusaha dengan mengandalkan kekuatan Tuhan dalam mengahadapi masalah yang kita hadapi. Keyakinan kita bahwa Tuhan selalu hadir di tengah masalah yang kita hadapi haruslah selalu ada dalam iman Kristiani. Walaupun karya Tuhan tidak selalu dapat kita tebak, karena Tuhan memakai siapa saja dan apa saja untuk menjadi alat-Nya dalam melakukan kehendak-Nya. Dari ayat ini juga ingin mengajarkan kepada kita janganlah kita menjadi seperti Mordekhai yang hanya mengandalkan manusia dengan menjadikan Ester sebagai kartu Asnya untuk menghidari ketakutannya terhadap ancaman terhadap bangsa Yahudi akan tetapi kita harus selalu percaya dan mengandalkan Tuhan. Begitu juga dengan Ester, keyakinan Ester akan pimpinan Tuhan di dalam dirinya menjadi teladan bagi kehidupan kita. Kiranya kita dapat seperti Ester sebagai teladan dengan mengatakan “meskipun aku harus melawan hukum; kalaupun terpaksa mati, biarlah aku mati, “demi bangsaku”, sebagai bukti keyakinan Ester kepada Tuhan yang selalu menyertai dan melindungi mereka dalam setiap ruang dan waktu.


DAFTAR PUSTAKA
Archer, Gleason L. Jr. A Survey of Old Testament Introduction. Chicago : Moody Press, 1978.
Bakker, F.L., 1987. Sejarah Kerajaan Allah 1. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Barker, Kenneth, General Ed. The NIV Study Bible. Grand Rapids : Zondervan Publishing House, 1985.
Bush, Frederic, 1996. Ruth/ Esther, WBC; Word Books: United States of America.
Clines, T. J., 1984. Ezra, Nehemiah, Esther. NCBC; United States of America: Marshal Morgan
and Scott.
Edward J. Young. An Introduction to the Old Testament. Grand Rapids : W. M. B. Publishing Company, 1958.
Edwin M. Yamauchi. Persia and the Bible. Grand Rapids : Baker Books, 1996.
Geisler, Norman L. A Popular Survey of the Old Testament. Grand Rapids : Baker Book House, 2000.
Guthrie, D., J. A. Motyer, dan D. J. Wiseman. Tafsiran Alkitab Masa Kini 1. Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1983.
LaSor, W.S., 2005. Pengantar Perjanjian Lama 1, Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Paul Re’emi, S., 1985. Israel Among The Nation, ITC; Edinburgh: The Handsel Press.
Sproul, R.C., General Ed. New Geneva Study Bible. Nashville : Thomas Nelson Publishers,1995

1 komentar:

  1. Terima kasih pak pendeta, ulasannya sangat menggetarkan sanubari... hahahaha

    BalasHapus